BNNK Samarinda Beri Tiga Pilihan Bagi Pecandu Narkoba yang Tak Tuntaskan Program Rehabilitasi
BNNK Samarinda gencar melakukan rehabilitasi bagi para pecandu narkoba, sesuai dengan tingkat ketergantungannya
Penulis: Christoper Desmawangga | Editor: Rafan Arif Dwinanto
TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA - Upaya pemberantasan narkotika terus dilakukan oleh aparat, serta semua pihak terkait.
Selain melakukan penindakan, upaya melalui rehabilitasi juga dilakukan bagi pecandu narkoba.
Namun demikian, banyak diantara pengguna yang tidak menyelesaikan program rehabilitasi karena masih belum bisa lepas dari jerat narkoba.
Badan Narkotika Nasional Kota atau BNNK Samarinda memiliki Klinik Pratama yang melayani rehabilitasi bagi para pengguna narkoba.
Namun klinik tersebut hanya melayani rawat jalan saja.
Sedangkan pengguna yang memiliki ketergantungan tinggi, akan dirujuk ke Balai Rehabilitasi Tanah Merah BNN, serta ke RSJD Atma Husada Mahakam, jika pengguna sampai mengalami gangguan jiwa.
"Selain kematian, dampak dari penggunaan narkoba bisa menyebabkan penggunanya alami gangguan jiwa.
Biasanya yang cepat itu dengan menggunakan jarum suntik," ucap Konselor Adiksi BNNK Samarinda, Budi Rahayu, Kamis (12/9/2019).
Dari data BNNK Samarinda, Januari-Agustus 2019, terdapat 179 residen yang terdaftar.
Dari jumlah tersebut, terdapat 167 yang dilakukan rawat jalan dan 12 orang lainnya dilakukan rawat inap di Balai Rehabilitasi Tanah Merah BNN.
• Pengguna Narkoba Enggan Manfaatkan Fasilitas Konseling yang Ada di Pasar Segiri Samarinda
• Musnahkan 20 Gram Narkoba, Kepala BNN Ungkap Aparat Diminta Ambil Sabu di Bawah Gardu Listrik
• Dua Pekan Pasar Segiri Ditongkrongi 24 Jam oleh Petugas Gabungan, Belum Bersih dari Narkoba
Dan, hingga saat ini belum ada residen yang dirujuk ke RSJD Atma Husada Mahakam karena alami gangguan jiwa.
Namun demikian, dari 167 residen yang dilakukan tindakan rawat jalan, baru 47 orang yang menyelesaikan program.
"Biasanya dua kali pertemuan datang, setelah itu tidak datang lagi.
Dari keterangan yang kita dapatkan, mereka yang tidak menyelesaikan program, karena belum bisa keluar dari zona nyamannya.
Lingkungan, pergaulan, dan mereka ini merasa tidak ada masalah, merasa sehat-sehat saja," urai Budi.
"Yang tidak menyelesaikan program ini biasanya hasil tangkapan penyidik.
Ketika dilakukan razia disuatu tempat," sambungnya.
Rawat jalan di Klinik Pratama BNNK Samarinda dilakukan sebanyak 10-12 kali pertemuan.
Dalam sepekan, minimal dilakukan dua kali pertemuan.
Bahkan, pihaknya tetap akan melayani pertemuan dihari libur, tergantung dengan kondisi residen.
"Tetap kita beri pelayanan, ada petugas yang standby.
Untuk tahun ini, target pelayanan rawat jalan sebanyak 75 orang, sekarang sudah 47 orang yang selesaikan program," jelasnya.
Dia menilai, hanya terdapat tiga pilihan bagi pecandu yang masih tidak ingin bertaubat, yakni kuburan, rumah sakit jiwa atau penjara.
"Jika mau berubah, terhindar dari tiga pilihan itu, ya menjalani rehabilitasi," pungkasnya.

Berikut data klien rehabilitasi Klinik Pratama BNNK Samarinda Januari-Agustus 2019 :
1. Januari : Rawat Jalan 31, Rawat Inap 2
2. Februari : Rawat Jalan 19, Rawat Inap 1
3. Maret : Rawat Jalan 22, Rawat Inap 2
4. April : Rawat Jalan 12, Rawat Inap 3
5. Mei : Rawat Jalan 14, Rawat Inap 2
6. Juni : Rawat Jalan 2, Rawat Inap 0
7. Juli : Rawat Jalan 48, Rawat Inap 0
8. Aguatus : Rawat Jalan 19, Rawat Inap 2.

Posko Terpadu Pasar Segiri Bersinar (Bersih Narkoba) dinilai belum dimanfaatkan dengan maksimal oleh masyarakat.
Pasalnya, sejak dioperasionalkan sejak 28 Agustus 2019 lalu, hingga saat ini pojok konseling di Posko Terpadu belum pernah didatangi oleh masyarakat.
Padahal, keberadaan pojok konseling dapat memudahkan masyarakat, terutama pecandu narkoba yang ingin bertaubat.
Masyarakat bisa datang memanfaatkan layanan itu, konsultasi, maupun pemeriksaan," ucap Humas Badan Narkotika Nasional Kota atau BNNK Samarinda, Ahmat Fadholi, Rabu (11/9/2019).
"Jadi, penanganan yang ada dilakukan secara komperhensif.
Bandar dan pengedar dilakukan penindakan.
Sedangkan penggunanya dilakukan rehabilitasi.
Tapi hingga saat ini belum ada yang datang ke posko," sambungnya.
Dia menilai, belum adanya masyarakat yang datang ke posko untuk konsultasi maupun pemeriksaan.
Karena beragam faktor, diantaranya karena takut, serta adanya dugaan permaianan dari sindikat peredaran narkoba yang melarang untuk rehabilitasi.
"Atau, mereka menerima informasi yang salah mengenai rehabilitasi.
Padahal, rehabilitasi untuk dirinya sendiri, dan semua ditanggung oleh negara," tegasnya.
Kebedaraan Posko Terpadu sendiri dapat memudahkan masyarakat.
Terutama yang berada disekitar Pasar Segiri untuk secara sukarela datang, melakukan pemeriksaan, serta menjalani rehabilitasi.
"Jadi tidak perlu ke BNNK, cukup di sana saja.
Tinggal kemauan saja.
Tapi, di posko tersebut sifatnya hanya penanganan pertama saja, untuk pemeriksaan, serta perawatan mendalam kita akan bawa ke BNNK," ungkapnya.
Ditanya mengenai efektifnya keberadaan Posko Terpadu Pasar Segiri Bersinar, Fadholi mengaku belum dapat memberikan penilaian.
Karena posko tersebut baru beroperasi selama kurang lebih dua pekan.
"Saat ini belum cukup untuk lakukan penilaian, karena masih baru ini.
Pastinya nanti akan ada evaluasi, efektif atau tidaknya," pungkasnya.
Sementara itu, banyak hal yang dilakukan oleh personel gabungan di posko Terpadu Pasar Segiri Bersinar, mulai dari patroli, sosialisasi, termasuk layanan konsultasi dan pemeriksaan.

Memasuki pekan kedua Posko terpadu Pasar Segiri Bersinar (Bersih Narkoba).
Sejumlah aktivitas dilakukan oleh personel gabungan yang ditugaskan di posko tersebut.
Sejak posko tersebut diresmikan pada 28 Agustus 2019 lalu, setiap harinya terdapat sekitar sembilan personel gabungan dari Polri, TNI, BNN, Satpol PP, serta instansi terkait yang memantau 24 jam kawasan Pasar Segiri, Samarinda.
"Sejumlah kegiatan dilakukan, mulai dari sosialisasi, patroli keliling pasar, hingga pengungkapan, termasuk upaya rehabilitasi.
Ini merupakan upaya pencegahan agar Pasar Segiri bersih dari narkoba," ucap Kasat Reskoba Polresta Samarinda, Kombes Pol Raden Sigit Satrio Hutomo, Senin (10/9/2019).
Selama beroperasinya posko terpadu Pasar Segiri Bersinar, terdapat satu kasus pengungkapan yang dilakukan, dengan barang bukti 2 gram sabu, dan seorang pelaku.
• Sungai Karang Mumus di Gang Nibung Sisi belakang Pasar Segiri Menyempit 15 Meter, Ini yang Terjadi
• Resmikan Posko Terpadu, Peredaran Narkoba di Pasar Segiri Akan Dipantau 24 Jam
• Resmikan Posko Pemberantasan Narkoba di Pasar Segiri, Kapolda: Jangan Ada Pengedar Pindah ke Kaltim

Namun demikian, pelaku diamankan tidak di dalam pasar, melainkan luar kawasan pasar.
"Cenderung turun sekarang, mereka (pelaku) sudah tidak leluasa lagi jualan.
Walaupun tetap ada yang coba-coba, mereka gunakan hit and run saat ini," jelasnya.
"Dikatakan bersih, belum.
Tapi intesitasnya menurun, yang datang nyari juga kurang," sambungnya.
Terkait dengan pindahnya pengedar ke lokasi lain, Kompol Sigit mengaku hal itu telah diantisipasi oleh pihaknya dengan memberdayakan personel di Polsek jajaran.
"Lokasi-lokasi yang disinyalir jadi tempat peredaran narkoba pelarian dari Pasar Segiri, kita maksimalkan juga pengawasan dari Polsek. Kemungkinan pindah pasti ada," pungkasnya. (*)