PKS Anggap Pengakuan Penyerang Novel Baswedan tak Masuk Akal
PKS Anggap Pengakuan Penyerang Novel Baswedan tak Masuk Akal Pernyataan pelaku penyerang Novel Baswedan dianggap Presiden Partai Keadilan Sejahtera
TRIBUNKALTIM.CO - PKS Anggap Pengakuan Penyerang Novel Baswedan tak Masuk Akal .
Pernyataan pelaku penyerang Novel Baswedan dianggap Presiden Partai Keadilan Sejahtera ( PKS ) tak masuk akal .
Terutama menyangkut alasan pelaku menyerang Novel Baswedan .
Presiden Partai Keadilan Sejahtera ( PKS ), Sohibul Iman menilai motif pelaku penyerangan penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi ( KPK ) Novel Baswedan bukan hanya karena dendam pribadi.
"Kita sekarang juga belum jelas apakah ini benar-benar pelakunya, itu saja belum jelas."
"Begitu ini benar-benar pelakunya, ya harus ditelusuri motifnya apa?"
• Tangani Kasus Irjen Djoko Susilo dan Budi Gunawan, Motif Penyerangan Novel Baswedan Soal 2 Jenderal?
• Dewi Tanjung Puji Penyiram Air Keras yang Merusak Mata Novel, Sebut Pelaku Masih Punya Hati Nurani
• Tangani Kasus Irjen Djoko Susilo dan Budi Gunawan, Motif Penyerangan Novel Baswedan Soal 2 Jenderal?
• Terduga Pelaku Penyerangan Penyidik Senior KPK Novel Baswedan Dianggap Pasang Badan, Ini Alasannya
"Apakah dia benar-benar motif pribadi atau disuruh orang?" jelas Sohibul, dilansir kanal YouTube KompasTV, Minggu (29/12/2019).
Menurut Sohibul Iman, kepolisian perlu mengusut tuntas motif pelaku penyerangan sehingga tak sebatas penangkapan.
Terkait pernyataan dari pelaku yang menyatakan tidak suka dengan Novel Baswedan, menurut Sohibul tidaklah masuk akal.
"Tidak suka, tapi sampai memberi air keras dan tidak mungkin," ungkap Sohibul.
Ia menduga ada alasan yang lebih besar dari itu.
Sohibul juga meminta kasus Novel Baswedan diproses hukum.
"Kami minta kepada Kapolri Pak Idham Aziz, tolong diproses sebaik-baiknya supaya masyarakat benar-benar mendapatkan kepuasaan," kata dia.
Tanggapan Tim Kuasa Hukum Novel Baswedan, Wana Alamsyah
Tim Kuasa Hukum Novel Baswedan, Wana Alamsyah angkat bicara terkait pelaku penyiraman air keras yang menyebut Novel Baswedan pengkhianat.
Wana Alamsyah menilai konteks pengkhianat yang dikatakan pelaku RB merupakan suatu kedekatan.
Lebih lanjut, Wana mengatakan konteks ucapan pengkhianat dapat diartikan menjadi dua persepsi.
"Yang pertama, pengkhianat secara personal artinya pelaku ketika bilang si Novel berkhianat, pelaku memiliki relasi yang sangat dekat dengan Novel Baswedan secara logika seperti itu ," jelas Wana, dilansir kanal YouTube Indonesia Lawyers Club, Minggu (29/12/2019).
Wana juga mempertanyakan apakah Novel Baswedan juga merasa sangat dekat atau kenal dengan pelaku RB.
"Kita belum mengetahui apakah Novel Baswedan kenal pelaku RB."
"Karena kerja Novel Baswedan selama ini di KPK dari 2007-2019, itu terkait dengan personal," kata dia.
Sementara itu, Wana mempertanyakan apakah yang disebut pengkhianat berkorelasi dengan kerja-kerja yang dilakukan Novel Baswedan.
Menurut Wana, pernyataan pelaku RB apakah berkaitan antara kinerja dengan sepak terjang Novel Baswedan yang sebenarnya itu perlu didalami.
"Yang pasti adalah kita tidak bisa mengaitkan kejahatan atau percobaan pembunuhan terhadap Novel Baswedan itu hanya sekedar urusan persona."
"Karena berdasarkan laporan Komnas HAM menyebutkan bahwa kejahatan yang dilakukan pelaku nyatanya terencana," jelas dia.
Sehingga, menurut Wana dalam hal ini kepolisian harus mengungkap setidaknya ada tiga aktor.
"Yang pertama perencana, kemudian pengintai dan pelaku lapangan," ungkapnya.
Kalau dilihat saat ini untuk pelaku lapangan sudah diamankan.
Wana juga meminta pihak kepolisian untuk lebih menggali informasi dari kedua pelaku.
"Siapa pengintaianya? Siapa aktor utamanya?" tegasnya.
Ekspresi marah pelaku dinilai janggal
Pakar Ekspresi, Handoko Gani menengarai ada yang disembunyikan terduga pelaku penyiriman air keras kepada penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Novel Baswedan.
Sebab, saat meneriakkan kata pengkhianat, Handoko Gani melihat tidak ada tanda-tanda kemarahan dari terduga pelaku penyiraman air keras kepada Novel Baswedan.
"Saya katakan ekspresinya bukanlah ekspresi yang termasuk dalam kategori marah," kata Handoko Gani dikutip dari channel YouTube Talk Show tvOne, Senin (30/12/2019).
Handoko Gani menyebut nada suara yang meninggi, alis mata yang turun hingga mata membelalak tidak memperlihatkan kemarahan seseorang.
Ia menambahkan, seharusnya terduga pelaku penyiraman air keras terhadap Novel Baswedan memperlihatkan ekspresi meradang yang sesuai dengan tingkat kejahatannya.
"Ekspresi semestinya lebih dari itu, beliau ini melakukan hal yang sedemikian kejinya," tandas Handoko.
Handoko menambahkan, ekspresi yang ditunjukan oleh RB masih membutuhkan penyidikan lebih mendalam oleh pakar dan pihak kepolisian.
Terlebih pernyataan tersebut dilontarkan oleh pelaku RB di depan awak media.
"Melihat ini semua, ekspresi wajah, gesture, hingga suara bisa jadi bukan 100 persen asli. Bisa saja ada yang sengaja disembunyikan," tegasnya.
Pelaku penyerangan terhadap penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan telah tertangkap pada Kamis (26/12/2019) di Depok.
Pelaku yang berjumlah dua orang ini tercatat sebagai anggota aktif Polri yang berinisial RB dan RM.
Penangkapan ini merupakan serangkaian panjang perjalanan kasus penyiraman Novel Baswedan sejak 2017 silam.
Usai menjalani pemeriksaan di Polda Metro Jaya, salah satu pelaku meneriakkan ketidaksukaannya kepada Novel Baswedan, Sabtu (28/12/2019).
"Tolong dicatat, saya enggak suka sama Novel karena dia pengkhianat," teriak pelaku RB.
• Terduga Pelaku Penyerangan Penyidik Senior KPK Novel Baswedan Dianggap Pasang Badan, Ini Alasannya
• Anggota Jadi Pelaku Penyerang Novel Baswedan KPK, Polri Dalami Potensi Keterlibatan Jenderal Polisi
• Dua Polisi Anak Buah Idham Aziz Serang Penyidik KPK Novel Baswedan, Kapolri Minta Ini Dikedepankan
• Polri Pernah Rilis Sketsa Wajah Terduga Pelaku Penyiraman Novel Baswedan, Apa Sama dengan Tersangka?
Pernyataan RB sontak memunculkan respon beragam dari kalangan masyarakat, termasuk dari pakar ekspresi, Handoko Gani.
