Lingkungan Hidup

Manfaat Pohon Bakau Bagi Warga Desa Muara Adang Paser, Tahan Abrasi Sampai Buat Nyamuk Senang

Desa Muara Adang, Kabupaten Paser, Provinsi Kalimantan Timur, memiliki potensi sumber daya alam yang memiliki nilai ekonomi tinggi

Penulis: Jino Prayudi Kartono | Editor: Budi Susilo
TRIBUNKALTIM.CO/JINO PRAYUDI KARTONO
Kepala Desa Muara Adang Kurniansyah ( Baju Merah) menunjukkan kawasan hutan tambak yang ditanami hutan mangrove. Di belakangnya terdapat bangunan sarang walet yang menjadi napas ekonomi desa tersebut. Dengan adanya hutan mangrove ini menjadi sumber makanan burung walet. TRIBUNKALTIM.CO/JINO PRAYUDI KARTONO 

TRIBUNKALTIM.CO, PASER - Desa Muara Adang, Kabupaten Paser, Provinsi Kalimantan Timur, memiliki potensi sumber daya alam yang memiliki nilai ekonomi tinggi.

Selain menghasilkan bandeng berkualitas baik, desa tersebut menghasilkan beberapa produksi yang membangun desa.

Salah satunya adalah produksi sarang walet.

Sepanjang desa tidak hanya terlihat bakau maupun tambak ikan bandeng saja. Namun beberapa bangunan terbuat dari seng menjuntai tinggi berdiri di area desa tersebut.

Bangunan tersebut adalah sarang walet.

Baca Juga: Jelang Pilkada Bontang 2020, Disdukcapil Gencar Serukan Perekaman KTP Elektronik

Baca Juga: Kecelakaan Maut di Jalan Poros Samarinda Bontang, 2 Motor Adu Banteng dengan Truk, Nyawa Melayang

Melalui Kepala Desa Muara Adang Kabupaten Paser, Kurniansyah, Senin (16/11/2020) mengatakan sarang walet ini hadir kurang lebih hampir 10 tahun lalu.

Masyarakat menilai adanya adanya nilai ekonomi dalam budidaya sarang walet.

Meskipun begitu dengan adanya sarang walet ini tidak mengganggu ekosistem Yang ada di kawasan desa tersebut.

ILUSTRASI Mangrove Center Graha Indah, Kariangau, Balikpapan.
ILUSTRASI Mangrove Center Graha Indah, Kariangau, Balikpapan. (TRIBUNKALTIM.CO/CAHYO ADI WIDANANTO)

Selain itu ia melihat manfaat dari hutan mangrove tersebut yang berhubungan dengan burung walet.

Dengan banyaknya hutan mangrove di area ini khususnya di kawasan tambak membuat nyamuk senang berkembang biak.

Baca Juga: Kabar Baik, Penanganan Corona di Indonesia Tunjukan Hasil Signifikan, Simak Data Berikut Ini

Baca Juga: Mendikbud Nadiem Makarim Bolehkan Pembelajaran Tatap Muka di Rote Ndao dengan Syarat Berikut Ini

"Nyamuk itulah yang dijadikan sebagai makanan burung walet," ucap Kurniansyah kepada TribunKaltim.co.

Merangsang Burung Walet

Sementara itu, Haerul warga sekaligus peternak burung walet mengatakan dengan adanya hutan mangrove tersebut dapat merangsang produktifitas walet dalam berkembang biak.

Sehingga meningkatkan pembuatan sarang walet itu sendiri.

Selain itu ia mengatakan pengambilan sarang burung walet ada aturannya sendiri. Aturan tersebut tidak boleh mengganggu kehidupan antara indukan walet dengan anaknya sendiri.

"Jadi kita ambil sarangnya saat anak walet sudah bisa terbang dan mandiri. Kita tidak boleh mengambil sarang itu saat masih ada anaknya," ucap Haerul.

Sementara itu Iwan peternak walet lainnya mengatakan harus bersabar dalam mengembangkan bisnis sarang burung walet.

Sebab di tahun-tahun awal tidak boleh mengganggu walet saat ingin menggunakan bangunan tersebut sebagai sarangnya.

"Kita tidak boleh mengganggu biarkan para walet nyaman dulu ketika bersarang. Paling tidak dua tahun tidak boleh diambil (sarangnya)," ucapnya.

Baca Juga: Ekonomi Kaltim Mulai Membaik, Ekspor Batu Bara dan CPO Menggeliat

Baca Juga: Politisi Senior Partai Keadilan Sejahtera Sarankan Mahfud MD Temui Rizieq Shihab

Baca Juga: Azerbaijan dan Armenia Bersepakat Akhiri Perang, Sudah Enam Pekan Bertempur

Baca Juga: Pemkab Kukar Buat Pemeliharaan Jembatan Ing Martadipura Kota Bangun, Kirim Personel Atur Lalu Lintas

Dari penuturannya, beberapa peternak senior pun mampu menghasilkan jenis sarang walet terbaik.

Jenis sarang walet terbaik menurutnya adalah sarang mangkok.

Ilustrasi - Sarang burung walet
Ilustrasi - Sarang burung walet (KOMPAS.COM)

Jenis sarang tersebut berbentuk melingkar seperti mangkuk.

Harga jual sarang mangkuk itu cukup tinggi.

Sekilo saja dibanderol Rp 14 juta.

Sementara untuk kualitas rendah adalah jenis sarang yang tidak berbentuk mangkuk atau sarangnya pecah tidak sempurna.

"Kalau dicampur sekilonya bisa Rp 11 juta," ucapnya.

Baca Juga: Ekspansi ke Negaranya Presiden Rodrigo Duterte, Alfamart Buka Gerai ke-1000, Serap 8 Ribu Pekerja

Baca Juga: Prakiraan Cuaca Balikpapan Senin 16 November 2020, BMKG Sebut Bakal Ada Hujan Ringan dan Sedang

Desa Muara Adang terpilih dalam program Forest Carbon Partnership Facility (FPCF).

Program dari Bank Dunia ini menunjuk Kalimantan Timur menjadi bagian dari program tersebut.

Program tersebut baru dimulai pada tahun 2015.

Baca Juga: Pemerintah Minta Warga Tenang, Kasus Flu Burung Sudah Nihil di Bontang

Baca Juga: Berniat Pulang ke Rumah, 2 Bocah Balikpapan Terjatuh di Selokan, Satu Masih dalam Pencarian

Selama Lima tahun berselang sekitar 99 desa telah disosialisasikan terhadap program tersebut.

(Tribunkaltim.co/Jino Prayudi Kartono)

Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved