RUPANYA Masih Lama, Bio Farma Beber Vaksin Corona Paling Cepat Beredar Mei 2020, Jelaskan Soal Harga
Kalaupun masyarakat saat ini mendapatkan informasi terkait vaksin berbayar, faktanya vaksin baru akan beredar paling cepat bulan Mei 2021 mendatang.
TRIBUNKALTIM.CO - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengungkap sejumlah hal seputar vaksin corona atau vaksin covid-19.
Semua masyarakat dunia mengharapkan pandemi covid-19 segera berakhir.
Maka, salah satu usaha yang telah diupayakan sejak awal pandemi terjadi adalah membuat obat-obatan dan vaksin anti virus SARS-CoV-2 penyebab covid-19.
Menyangkut persoalan vaksin covid-19 ini, Juru Bicara Pemerintah sekaligus Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan, dr Siti Nadia Tarmidzi pun angkat bicara.
Baca juga: Vaksin Covid-19 Sinovac Telah Tiba di Indonesia, Presiden Jokowi: Harus Diuji BPOM Dulu
Baca juga: 1,2 Juta Vaksin Covid-19 Sinovac Siap Suntik Tiba di Indonesia, Sisanya akan Datang Bertahap
Baca juga: Presiden Jokowi Sebut 1,8 Juta Dosis Vaksin Covid-19 Siap Suntik yang akan Tiba pada Januari 2021
Baca juga: Vaksin Sinovac dari Tiongkok Tiba di Indonesia, Berikut 4 Kelompok yang Menerima Suntikan Pertama
Nadia menjelaskan, pemerintah melalui Keputusan Menteri Kesehatan no. 9860/2020 telah menetapkan 6 jenis vaksin covid-19 yang dapat digunakan di Indonesia yaitu vakin produksi Bio Farma, AstraZeneca, Sinopham, Moderna, Pfizer/BioNTech, dan Sinovac.
"Kehadiran dan penggunaannya dalam program vaksinasi di Indonesia masih dinamis mengikuti proses pengadaan dan izin penggunaannya," kata Nadia dalam keterangan tertulisnya oleh Komite Penanganan covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), Minggu (13/12/2020).
Salah satu jenis vaksin yang telah berhasil didatangkan oleh pemerintah ke tanah air, yaitu vaksin covid-19 Sinovac.
Pada hari Minggu (6/12/2020), 1,2 juta dosis vaksin covid-19 Sinovac tiba di Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta.
Untuk diketahui, uji klinik fase 3 awal vaksin covid-19 Sinovac juga telah dilakukan di Bandung, Indonesia.
Pengujian ini dilaksanakan oleh Tim Peneliti Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran melalui kerjasama PT Bio Farma dengan Sinovac Biotech China.
Baca juga: Ribuan Warga Miskin di Balikpapan Didata, Masuk Prioritas Dapatkan Vaksin Covid-19 Gratis
Baca juga: Menristek Tunjuk Unair sebagai Tim Pengembangan Vaksin Merah Putih
Setelah kedatangannya, vaksin covid-19 Sinovac mengundang perhatian masyarakat dan memicu ragam informasi yang telah beredar luas di sosial media, termasuk tentang sistem pembelian pre-order dan harga jual vaksin itu.
Harga jual vaksin covid-19 Sinovac
Nadia menegaskan, hingga saat ini, pemerintah belum menetapkan harga vaksin covid-19 yang akan digunakan di Indonesia.
Selain itu, masyarakat diminta untuk tidak mudah mempercayai semua informasi yang tidak bertanggung jawab yang beredar di media sosial terkait vaksin covid-19 ini.
"Informasi yang beredar saat ini tidak dapat dijadikan rujukan dan kami mengimbau masyarakat untuk menunggu pengumuman resmi pemerintah terkait vaksin dan vaksinasi covid-19," tegas Nadia.
Vaksin baru akan beredar paling cepat bulan Mei 2020 mendatang
Ditambahkan oleh Juru Bicara Bio Farma, Bambang Heriyanto, kalaupun masyarakat saat ini mendapatkan informasi terkait vaksin berbayar, faktanya vaksin baru akan beredar paling cepat bulan Mei 2021 mendatang.
Baca juga: Ahli Epidemiologi Sebut Vaksinasi dan Protokol 3M Sebagai Paket Lengkap Kendalikan Covid-19
Baca juga: Berikut 6 Kandidat Vaksin Covid-19 yang Ditetapkan untuk Vaksinasi di Indonesia
"Tunggu saja informasi program resmi dari Kementerian Kesehatan. Kita tunggu saja kesiapannya. Kita semua tentu berharap lebih cepat lebih baik," ujar Bambang kepada Kompas.com, Senin (14/12/2020).
Ia pun menekankan, bahwa dosis vaksin yang telah tersedia, nantinya akan diprioritaskan untuk garda terdepan, yaitu para tenaga kesehatan, jika izin edar dan penggunaan telah resmi dikeluarkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Masyarakat juga diminta untuk tidak mudah percaya jika ada pihak-pihak tertentu yang membuka pendaftaran pembelian vaksin covid-19 secara pre-order.
"Saat ini, Bio Farma masih mengembangkan sistem yang akan digunakan untuk pemesanan Pre-Order vaksinasi covid-19 khususnya untuk jalur mandiri, dan hingga saat ini, belum ada ketentuan maupun pengaturan teknis dari pemerintah terkait hal tersebut," jelas Bambang.
"Dan yang terpenting adalah pelaksanaan vaksinasinya sendiri, tetap menunggu izin penggunaan dari Badan POM," imbuhnya.
Ada 3 Syarat Sebelum Vaksinasi, Epidemiolog: Indonesia Belum Memenuhi
Indonesia telah menerima 1,2 juta dosis vaksin covid-19 siap pakai dari perusahaan asal China Sinovac pekan lalu.
Nantinya, akan ada 1,8 juta dosis vaksin siap pakai lain yang tiba pada Januari 2021 mendatang.
Meski jutaan vaksin telah tiba di Indonesia, tetapi pemerintah belum bisa langsung menyuntikkan vaksin virus corona tersebut.
Sebab proses vaksinasi harus menunggu izin penggunaan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) terlebih dahulu.
Syarat vaksinasi
Epidemiolog Griffith University Australia Dicky Budiman mengatakan, pemerintah harus memiliki rencana yang matang sebelum melakukan program vaksinasi.
Sebab, vaksinasi merupakan program yang tidak sederhana dan harus dikerjakan dengan sangat detail.
Agar vaksinasi dapat efektif dan mencapai kekebalan kelompok atau herd immunity, menurut Dicky ada tiga syarat yang harus dipenuhi.
1. Vaksin yang aman dan efektif
Menurut Dikcy, pemerintah harus dapat memilih vaksin virus corona yang aman dan memiliki efektivitas yang optimal.
Sejauh ini, vaksin Sinovac yang dipesan dan telah sampai di Indonesia belum mengumumkan hasil uji efektivitasnya.
"Vaksinnya tentukan dulu mana yang aman dan memiliki efektivitas yang memadai dan optimal," kata Dicky kepada Kompas.com, Minggu (13/12/2020).
Dicky menyebut, saat ini baru ada tiga perusahaan vaksin yang telah mengumumkan hasil uji tahap 3 dan efektivitasnya yaitu Pfizer, Moderna, dan Oxford.
"Jika ingin vaksinasi dalam waktu dekat, ya harus memilih dari tiga itu, karena di luar tiga itu kan belum ada," tambahnya.
2. Kondisi epidemiologi daerah
Dicky mengatakan, sebelum dilakukan vaksinasi, pemerintah harus mengetahui kondisi epidemiologi kasus covid-19 di daerah.
Terutama angka reproduksi efektif (Rt) virus corona di daerah yang divaksin harus rendah.
Untuk itu, satu daerah harus memiliki Rt minimal di bawah 2. Sebab, angka itu menunjukkan bahwa satu wilayah telah melandaikan kurva.
"Artinya harus melandaikan kurva, saat ini ya belum, kecuali mungkin Jakarta, saya belum melihat di daerah lain," tutur dia.
Menurut Dicky, program vaksinasi tidak akan efektif jika satu daerah belum mampu mengendalikan pandemi virus corona.
3. Cakupan vaksinasi
Ketiga, angka cakupan vaksinasi harus tinggi, setidaknya 80 persen dari populasi.
Namun, hal itu juga bergantung pada tingkat efektivitas vaksin yang digunakan.
Namun, melihat kondisi saat ini, Dicky tak yakin jika pemerintah akan mencapai angka vaksinasi 80 persen di Indonesia.
Terlebih program vaksinasi di Indonesia sebagian besar dilakukan secara mandiri atau berbayar.
"Enggak akan (tercapai). Selain banyak yang terpengaruh teori konspirasi, juga banyak penduduk kita di batas miskin," kata Dicky.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Berapa Harga Vaksin covid-19 Sinovac di Indonesia? Ini Penjelasan Kemenkes" dan "Ada 3 Syarat Sebelum Vaksinasi, Epidemiolog: Indonesia Belum Memenuhi"