Berita Balikpapan Terkini
Stok Kedelai di SIKS Balikpapan Aman Hingga Sebulan, Meski Dilematis Tetap Naikkan Harga
Kenaikan harga tempe dan tahu yang terjadi hampir di seluruh daerah Tanah Air pada awal 2021 ini,disebabkan karena adanya peningkatan harga impor
Penulis: Heriani AM | Editor: Samir Paturusi
TRIBUNKALTIM.CO, BALIKPAPAN- Kenaikan harga tempe dan tahu yang terjadi hampir di seluruh daerah Tanah Air pada awal 2021 ini, disebabkan karena adanya peningkatan harga kedelai impor yang menjadi bahan baku produk tersebut.
Di Balikpapan, mengerucutnya harga kedelai mulai terjadi sejak akhir Desember 2020.
Hal ini diungkap Wakil Ketua Kawasan Sentra Industri Kecil Somber (SIKS) Balikpapan, Ahmad Arifin.
Baca juga: Pecah Rekor! Balikpapan Catat 106 Kasus Positif Covid-19, Tenaga Kesehatan Mulai Berguguran
Baca juga: Tenaga Kesehatan di Balikpapan yang Pernah Positif Covid-19 Tidak Dapat SMS Pemberitahuan Vaksin
Baca juga: Berakhir Tragis, Pria Paruh Baya Tewas Dibacok di Tengah Rencana Hajatan Keluarga
Kendati demikian, kenaikan kedelai sudah terlihat sejak di awal bulan September 2020. Yang dulu harga normalnya Rp 7.500, hingga saat ini diangka Rp 9.400 per kilogramnya.
"Mulai dari bulan September itu ada kenaikan Rp 100 rupiah per bulan. Namun melonjak signifikan di Desember," ujarnya, Kamis (7/1/2020).
Untuk menyiasati kenaikan yang luar biasa signifikan tersebut, dari keputusan rapat, pihaknya bersepakat untuk menaikkan harga jual.
Baca juga: NEWS VIDEO Harga Kedelai Naik, Ponirin Pengrajin Tahu Tempe di Senaken Paser Kurangi Ukuran
Baca juga: Harga Tetap, Pengusaha Tahu dan Tempe di Paser Kurangi Ukuran
Baca juga: Harga Sembako di Samarinda, Kedelai Naik Tajam Tahu Meroket, Produsen Tempe Kurangi Komposisi
Keputusan itu dinilai sekiranya bisa menutupi biaya operasional bahan baku. Sehingga per 3 Januari 2021 lalu, dikeluarkan edaran kenaikan harga tahu tempe di pasaran. Terutama di pasar Pandansari, pasar Baru dan sekitarnya.
"Memang kita agak dilema karena daya beli masyarakat sejak Covid-19 ini turun. Menaikkan harga jual merupakan keputusan berat," ujarnya.
"Namun balik lagi jika kita bertahan dengan harga jual yang sama, tidak dipungkiri kita juga akan merugi," sambung pria yang merupakan Penanggung Jawab Pengadaan Kedelai tersebut.
Baca juga: Harga Kedelai Meroket, Produsen Tahu dan Tempe di Bontang Pasrah, Terima Nasib Pendapatannya Turun
Baca juga: Agar Nutrisinya Terjaga dan Rasanya Lezat, Ini Cara Terbaik Mengonsumsi Tempe, Bolehkah di Goreng?
Tempe tidak mengalami perubahan harga, namun ukurannya diperkecil. Berbeda dengan tahu yang memang memiliki cetakan khusus, sehingga kenaikan harga tak terelakkan.
Per ember tahu, yang berisi 200 potong dikenakan harga Rp 80 ribu dimana sebelumnya Rp 70 ribu. Begitu pun yang dijual per kemasan, harga pasarnya dinaikkan Rp 1000.
Lanjut Arifin, pihaknya tidak bisa mengandalkan kedelai lokal. "Kedelai lokal sebenarnya akhir-akhir ini jarang kita temui. Kedelai lokal pun tidak bisa di swasembada. Untuk memenuhi kebutuhan nasional hanya di bawah 10 persen," urainya.
Sehingga adanya gejolak harga bahan baku, langsung berdampak pada produsen. Untuk kedelai di Balikpapan didatangkan dari Amerika, lewat Surabaya. Ada juga sebagian yang dari Jakarta.
Baca juga: Lelang Tol Jembatan Balikpapan-PPU Tertunda, Ternyata Ini Penyebabnya
Baca juga: Pria Tewas di Area Parkir Mal Dikenal Pribadi Tertutup, Sempat Kirim Pesan Sebelum Meninggal
"Kedelai lokal di pasaran sangat jarang. Ada, tapi bergantung dengan musim. Dan jika dibiarkan lama, ketahanan kurang karena masih mengandalkan proses tradisional," tambahnya.
Untuk produksi, rata-rata perhari pihaknya mengeluarkan 13 ton. "Stok yang ada sekarang, cukup untuk memenuhi kebutuhan hingga 1 bulan ke depan," pungkasnya.
(TribunKaltim.Co/Heriani)