Virus Corona di Tarakan
Lapas Kelas IIA Tarakan Dinyatakan Bersih dari Covid-19, Sejak Minggu Kedua Mei
Lapas Kelas IIA Tarakan sebelumnya diberitakan sejumlah warga binaan terpapar Covid-19.
"Prediksi saya selesai Idulfitri akan ada lagi yang masuk. Sedikit yang keluar (bebas), banyak yang masuk," imbuhnya.
Satu-satunya opsi saat ini yakni harus ada pembangunan lapas atau rutan khusus agar bisa menampung jumlah overload saat ini.
Ia melanjutkan, pihaknya sudah mendapatkan lampu hijau dari Wali Kota Tarakan untuk lahan hibah seluas lima hektare di area Juata.
"Namun kita tunggu lagi kapan realisasinya. Kalau bisa nanti dibangun Lapas Kelas IIB atau rutan juga bisa," lanjutnya.
Baca Juga: Pasar Malam THM Tarakan Padat, Pengunjung Banyak Abaikan Protokol Kesehatan
Baca Juga: Harga Sembako di Tarakan Sehari Sebelum Lebaran Idul Fitri 2021, Tidak Naik karena Sempat Disidak
Ia menilai, Lapas Kelas IIA Tarakan satu-satunya lapas unik yang ada di Indonesia. Ia menyebutkan Lapas Tarakan adalah Lapas Bhineka Tungga Ika. Karena hampir semua jenis suku menghuni lapas ini.
"Kalau kita lihat di Lapas Nunukan tak ada orang Papua. Di Tarakan lapasnya dihuni hampir semua jenis suku dari segala penjuru," bebernya.
Ia melanjutkan, seharusnya atau normalnya lapas diisi napi yang sudah berstatus memiliki ketetapan hukum tetap atau inkrah.
Namun ini juga dihuni oleh tahanan. Sehingga ini cukup menjadi beban pihaknya.
Baca Juga: Harga Sembako di Tarakan, 3 Hari Sebelum Idul Fitri, Pembelian Ikan Sepi Dampak dari Covid-19
Selain itu, lapas ini dihuni oleh napi berlatar berbagai jenis kasus. Mulai dari napi kasus narkotika, napi perempuan dan anak, napi tipikor, dan umum.
Sehingga menurutnua lapas ini sangat unik. "Makanya saya sampaikan di sini, publik harus tahu bahwa beginilah kondisi lapas di Tarakan sebenarnya," tegas Yosef.
Namun ia menambahkan, pihaknya juga tetap bersyukur.
Meski ada perbedaan namun tak ada kompleksitas persoalan yang dihadapi dan sejauh ini Lapas Tarakan masih terkendali.
"Itu harapan kita semua," pungkasnya.
Penulis Andi Pausiah | Editor: Budi Susilo