Berita Kukar Terkini

2 Tahun Terakhir, Kasus Kebakaran di Kukar Menurun

Ia menjelaskan, ada tiga jenis kasus kebakaran. Di antaranya, kebakaran permukiman, kebakaran hutan dan lahan

Penulis: Miftah Aulia Anggraini | Editor: Budi Susilo
TRIBUNKALTIM.CO/MIFTAH AULIA
Ilustrasi bencana kebakaran yang terjadi di Kecamatan Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. 

TRIBUNKALTIM.CO, TENGGARONG - Jumlah kebakaran tahun 2022 di Kutai Kartanegara (Kukar), Kalimantan Timur cenderung menurun ketimbang dua tahun sebelumnya.

Berdasarkan catatan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kukar, pada 2020 ada 150 kasus kebakaran. Disusul 2021 sebanyak 76, dan tahun 2022 ada 68 kasus kebakaran.

"Nahasnya, pada Februari tahun lalu, kebakaran renggut satu korban jiwa di Kelurahan Handil Baru, Kecamatan Samboja," ujar Kepala BPBD Kukar, Fida Hurasani, Rabu (15/2/2023).

Ia menjelaskan, ada tiga jenis kasus kebakaran. Di antaranya, kebakaran permukiman, kebakaran hutan dan lahan, serta kebakaran tranportasi.

Baca juga: Kebakaran di Kukar, 15 Bangunan di Desa Kedang Murung Ludes Terbakar, Kerugian Capai Rp 2,6 M

Menurutnya, Kecamatan Tenggarong menjadi daerah yang paling banyak mengalami musibah kebakaran permukiman.

Salah satu faktornya yakni, jumlah penduduk yang kian padat daripada kecamatan lainnya. Penyebab kebakaran pun beragam, namun mayoritas disebabkan oleh kelalaian manusia.

Seperti obat nyamuk, penyambungan listrik tidak standar, mengecas handphone yang dibiarkan di tempat tidur, hingga saat masak dibiarkan atau kompor yang menyala terus.

Adapun penyebab teknis, di antaranya jaringan listrik di atas rumah sudah lama tidak diganti.

Baca juga: Relawan Samarinda Ikut Bantu Padamkan Kebakaran di Kukar

Ketika memperbesar daya di bawah, terkadang tidak mengganti listrik bagian atas sehingga menyebabkan korsleting.

“Kadang-kadang masyarakat minim tentang pengetahuan ini. Penyebabnya hampir 90 persen karena kelalaian manusia, dan 10 persen itu teknis,” ungkapnya.

Dalam penanganan kebakaran, ada beberapa kendala yang dialami. Pertama, masalah sarana prasarana seperti mobil pemadam.

Ada yang bisa dipakai dengan baik, ada pula yang ketika terjadi musibah justru kendaraan atau mobil damkar sulit dihidupkan.

Baca juga: BPBD Kukar Usul 9 Unit Kendaraan Pemadam Kebakaran Baru di 2023

Kemudian, jarak tempuh antara pos dengan lokasi kebakaran terlalu jauh. Hal ini membuat kedatangan mobil damkar sedikit terlambat.

Selanjutnya, permukiman yang padat dan sumber air sulit ditemukan menjadi salah satu kendala yang kerap dialami di lapangan.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kutai Kartanegara, berencana menambah 9 unit kendaraan pemadam kebakaran. Kendaraan ini siap digunakan kapanpun. Perawatan kendaraan pemadam kebakaran ini pun terus dilakukan dan dimaksimalkan.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kutai Kartanegara, berencana menambah 9 unit kendaraan pemadam kebakaran. Kendaraan ini siap digunakan kapanpun. Perawatan kendaraan pemadam kebakaran ini pun terus dilakukan dan dimaksimalkan. (TribunKaltim.co/Miftah Aulia)

“Jika sumber air terdekat tidak ditemukan, maka kami mati kutu. Makanya, saat kejadian sudah bekal air pakai mobil tangki,” kata Fida.

Peristiwa lain saat kebakaran ialah, psikologi masyarakat terganggu. Lalu, melampiaskan kekesalanya kepada petugas, karena dianggap lambat bergerak. (*)

Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved