Berita Kaltim Terkini
Kasus DBD Kaltim Awal 2024 Catatkan 1.551 Orang Terinfeksi, 7 Meninggal Dunia
Kasus demam berdarah dengue (DBD) di Provinsi Kalimantan Timur awal 2024 mencatatkan seribu lebih masyarakat telah terinfeksi
Penulis: Mohammad Fairoussaniy | Editor: Samir Paturusi
TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA - Kasus demam berdarah dengue (DBD) di Provinsi Kalimantan Timur awal 2024 mencatatkan seribu lebih masyarakat telah terinfeksi.
Sejak Januari hingga pertengahan Februari 2024 ini, 1.551 orang terinfeksi, dengan angka kematian 7 orang di seluruh Kaltim.
"Masus DBD di Kaltim per minggu sekali kami evaluasi. Saat ini jumlah kasus baru per 100.000 penduduk sebesar 40,68 dan persentase kematian dari jumlah kasus sebanyak 0,46," jelas Kepala Dinas Kesehatan Kaltim, dr. Jaya Mualimin, Selasa (20/2/2024).
Ia merincikan kasus DBD tertinggi terjadi di Kabupaten Berau dengan 683 orang positif.
Disusul Kutai Kartanegara 512 orang positif, Kutai Timur 220 orang positif, Kutai Barat 218 orang positif, Paser 200 orang positif dan empat kematian serta Bontang dengan 86 orang positif dan satu kematian.
Baca juga: Satu Warga Mahakam Ulu Terkonfirmasi DBD, Dinas Kesehatan Gencarkan Upaya Pencegahan
Baca juga: Ada 4 Jenis Virus Penyebab DBD, Dinkes Mahulu Ingatkan Pentingnya Jaga Kebersihan
"Kota Samarinda 203 orang positif dan satu kematian, Balikpapan 84 orang positif, Penajam Paser Utara 167 orang positif dan satu kematian, hingga Mahakam Ulu dengan empat orang positif," jelasnya.
dr. Jaya mengungkapkan dari tujuh orang yang meninggal akibat DBD, yang terjangkit adalah anak-anak.
Untuk itu, ia mengimbau masyarakat tetap waspada dan melakukan pencegahan.
Seperti membersihkan lingkungan dari tempat berkembang biaknya nyamuk Aedes Aegypti, penyebab DBD.
"Kami juga terus melakukan fogging, pemasangan abate, dan penyuluhan kepada masyarakat. Kami berharap kasus DBD di Kaltim bisa terus menurun dan tidak ada lagi kematian," tegasnya.
Dinkes Kaltim juga bekerja sama dengan Biofarma memfasilitasi vaksinasi DBD bagi 11.000 siswa berusia 6-12 tahun yang merupakan kelompok umur paling rentan terkena DBD serta berisiko kematian tinggi.
"Kami gunakan vaksin yang terbaru, teknologinya dari Takeda Jepang, dan distributornya adalah Biofarma. Pemerintah sudah menganggarkan hampir Rp10 miliar membeli vaksin tahun lalu, dan tahun ini juga akan kita tingkatkan," kata dr. Jaya.
Vaksinasi DBD tentunya, guna meningkatkan imunitas atau daya kekebalan pada anak-anak.
Agar nantinya tidak muncul gejala berbahaya ketika digigit oleh nyamuk Aedes Aegypti.
Baca juga: Dinilai Jadi Solusi Penanganan Kasus DBD, Dinkes Mahulu Berharap Dapat Vaksin Dengue
Selain vaksinasi, pengendalian vektor dengan melepaskan nyamuk Wolbachia.
"Nyamuk ini, diberi bakteri Wolbachia untuk menghambat penularan virus dengue agar gigitannya tidak menyebabkan DBD," tandasnya. (*)
Respons OJK Kaltimtara Terkait Koperasi Merah Putih, Beri Sinyal Positif untuk Ekonomi Desa |
![]() |
---|
Anggota DPRD Kaltim Tanggapi Persoalan Kelangkaan Beras, Dorong Pasarkan Beras Produksi Petani Lokal |
![]() |
---|
Megawati Soekarnoputri Instruksikan kader PDIP di Kaltim untuk Turun ke Rakyat |
![]() |
---|
Pengadaan Helikopter Tunjang Mobilitas Gubernur, DPRD Kaltim: Bisa Melalui Skema CSR atau Sewa |
![]() |
---|
10 Jenis Sayuran dengan Produksi Terbesar di Kalimantan Timur |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.