Tribun Kaltim Hari Ini
Sekelompok Ibu di Samarinda Menunggu Waktu Buka Puasa dengan Menganyam Ketupat
Tradisi menganyam ketupat menjadi salah satu kegiatan jelang Hari Raya Idul Fitri. Salah satunya di Kota Samarinda.
Penulis: Jino Prayudi Kartono | Editor: Mathias Masan Ola
TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA - Tradisi menganyam ketupat menjadi salah satu kegiatan jelang Hari Raya Idulfitri. Salah satunya di Kota Samarinda.
Menganyam ketupat merupakan simbol kebersamaan dan gotong royong. Anggota keluarga ataupun tetangga saling membantu menyiapkan ketupat.
Daun janur dianyam dengan cekatan dan telaten. Membentuk ketupat dengan berbagai bentuk dan ukuran.
Baca juga: 7 Rumah di Kampung Ketupat Samarinda Terbakar, Sumber Api Diduga dari Dapur
Suasana ini hadir di Kelurahan Masjid RT 13, Kecamatan Samarinda Seberang. Sejak empat hari lalu, sekumpulan warga tengah sibuk menganyam ketupat di halaman rumah Wiwi, ketua Gang Makassar RT 13 Kelurahan Masjid.
Saat dikunjungi Tribun, Wiwi bersama dengan dua warga lainnya sudah berhasil mengumpulkan lebih dari 500 buah ketupat.
"Tergantung daunnya, kalau banyak sampai ribuan bisa 2 sampai 3 hari. Tapi ini daun nipah, diambil dari empang, muara, jauh dari sini sekitar 3 jam di hutan-hutan," ungkap Wiwi di sela-sela kesibukannya menganyam, Sabtu (23/3/2024).
Kegiatan ini sudah menjadi rutinitas tahunan bagi Wiwi dan warga lainnya. Di bulan Ramadan, tradisi menganyam ketupat bukan hanya untuk menyambut Lebaran saja. Melainkan juga sebagai selingan waktu menunggu berbuka puasa.
"Ini kegiatan rutin, sudah tahun ke empat di bulan puasa kami begini. Kalau saya kan sambil buka warung sambil buat ketupat, yang lain juga sambil kerja. Ini selingan kami saja," jelasnya.
Baca juga: Harga Menu Lezatnya Ketupat Kandangan Makanan Khas Banjar di Balikpapan
Di luar bulan puasa, Wiwi dan beberapa warga lainnya juga terbiasa membuat ketupat untuk dijual. Dalam sebulan Ramadan, mereka mampu menghasilkan hingga 5.000 ketupat yang dipasok ke pengepul.
Tradisi ini tak hanya melestarikan budaya, tetapi juga membuka peluang ekonomi. Dalam sehari, Wiwi dan Ernawati mampu menghasilkan 300-400 ketupat, dengan harga Rp10.000 per ikat (100 buah).
"Tapi kami cuma pengrajin kulit ketupatnya, nanti kami serahkan ke bos yang punya. Sehari kadang sanggupnya 300-400 ketupat saya hasilkan, tapi kalau kita fokus mungkin bisa 500 buah lebih," ungkap Wiwi.
Bagi Wiwi dan Ernawati, salah satu warga yang turut menganyam, tradisi ini bukan hanya tentang menghasilkan ketupat. Tetapi juga tentang kebersamaan dan kegembiraan.
"Kami bahkan tidak bosan, malah senang mengrajin ini sambil bercerita sama teman-teman yang lain. Tidak susah, kalau dijalani enak saja, kami sambil bergurau jadi tidak terasa," kata Wiwi.
Baca juga: 250 Ketupat Ludes dalam Sejam, Cuan Pengrajin pada Lebaran di Balikpapan
Tradisi ini menjadi bagian penting dalam melestarikan budaya dan mempererat tali persaudaraan antar warga.
"Di sini kami banyak, ada belasan bahkan lebih. Yang ramai kalau malam habis isya sampai menjelang sahur, paling jam 2 subuh kami selesai, lanjut besok siangnya lagi," katanya.
| Era Baru Projo, Tidak Ada Muka Jokowi di Logo, Nama Juga Berpotensi Diganti |
|
|---|
| Soal Manfaat Kereta Cepat Whoosh untuk Masyarakat, Megawati Sudah Pernah Peringatkan Jokowi |
|
|---|
| Dugaan Penggelembungan Anggaran di Era Jokowi, KPK Turun Tangan Selidiki Proyek Kereta Cepat Whoosh |
|
|---|
| Presiden ke-2 RI Soeharto Jadi Pahlawan Menunggu Keputusan Prabowo, PDIP Ingatkan Luka Reformasi |
|
|---|
| Kaltim Andalkan Investor Imbas Dana TKD Dipangkas, Pemprov Atur Strategi Peningkatan Investasi |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/kaltim/foto/bank/originals/MENGANYAM-KETUPAT.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.