Tribun Kaltim Hari Ini

Hasil Survei APJII, Penduduk Kalimantan Timur Jadi Target Penipuan Online

Masyarakat Kalimantan Timur menjadi target penipuan online. Ini berdasarkan hasil survei penetrasi internet oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet

Penulis: Martinus Wikan | Editor: Mathias Masan Ola
TribunKaltim.co/Nevrianto Hardi Prasetyo
Sekretaris APJII Pusat, Zulfadly Syam saat memaparkan hasil survei penetrasi internet di Kaltim di Kantor Diskominfo Kaltim, Rabu (3/4/2024). 

TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA - Masyarakat Kalimantan Timur menjadi target penipuan online. Ini berdasarkan hasil survei penetrasi internet oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) mengenai keamanan siber.

APJII mencatat penipuan online di Kaltim pada 2024 naik secara drastis yakni 59,82 persen dibanding tahun 2023 yang hanya 2,65 persen.

Kemudian disusul pencurian data pribadi 33,04 persen, perangkat terkena virus 21,43 persen, kasus lain 11,61 persen, dan tidak dapat mengakses aplikasi 6,25 persen.

Baca juga: Rumah Dino Patti Djalal Diduga Disewa Sindikat Penipuan Online, Polisi Dalami, Begini Kronologinya

Kendati demikian, APJII mencatat bahwa literasi atau pemahaman masyarakat Kaltim mengenai jenis dan cara menghindari kejahatan siber juga meningkat drastis.

"Pada survei 2023 yang tidak tahu apa saja modus penipuan online itu 92,67 persen. Sedangkan tahun ini tersisa 18,75 persen. Jadi dibanding daerah lain, masyarakat Kaltim literasi dan awarenya sudah sangat baik," kata Sekretaris APJII pusat, Zulfadly Syam saat berkesempatan hadir di Kantor Diskominfo Kaltim.

Pembuktian lain adalah dari hasil survei, yang masuk tiga besar awarnes atau tindakan untuk menjaga keamanan data yang dilakukan masyarakat Kaltim adalah waspada ketika menggunakan aplikasi yang meminta data pribadi 26,80 persen, menggunakan kombinasi password yang tidak mudah ditebak 20,50 persen dan mengganti password secara berkala 16,10 persen.

Disusul hanya menggunakan aplikasi yang terverifikasi 16,10 persen, tidak tahu atau tidak pernah pakai 14,30 persen dan memasang anti virus 6,30 persen.

"Jadi dari top three-nya saja sudah memperlihatkan bahwa masyarakat Kaltim itu sangat berhati-hati terhadap potensi kejahatan siber," kata Zulfadly Syam.

Baca juga: Daftar Barang Bukti yang Diamankan dari Sindikat Penipuan Online di Samarinda

Selain lebih aware atau sadar untuk mencegah masuknya kejahatan siber, dari hasil survei, masyarakat Kaltim juga sudah tidak mudah termakan hoaks yang sering beredar di media sosial. Zulfadly Syam menyebutkan ada tiga media penyaluran hoaks yang sering ditemukan. Yakni melalui media sosial 93,75 persen, media chat 37,50 persen dan situs berita 25,00 persen.

"Tapi kami menemukan bahwa masyarakat Kaltim sudah lebih paham dengan tidak menyebarkan kembali informasi-informasi hoaks itu," ucapnya."Itu juga kami lihat dari hasil survei, bahwa pemerintahan, politik dan agama jadi top 3 konten yang dicari masyarakat Kaltim ketimbang hoaks dan gosip. Itu sangat baik," pungkasnya.

Sebelumnya, Berdasarkan Survei Penetrasi Internet yang dilakukan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), tingkat penetrasi internet di Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) di 2024 ini mencapai 80,63 persen.

Dalam artian dari jumlah populasi 3,7 juta jiwa, 3,1 juta penduduk Benua Etam ini telah terkoneksi dengan internet. Uniknya, berbeda dengan wilayah lain, konten kesehatan justru menjadi pencarian terbesar di Kalimantan Timur ini.

"Berbeda sekali di Jawa, Kaltim malah tidak tertarik gosip. Kalau politik kan situsional. Jadi Kaltim ini hebat," ucap Sekretaris APJII Pusat, Zulfadly Syam, dalam penyampaian Survei Penetrasi Internet 2024 di Ruang WIEK Diskominfo Kaltim, Rabu (3/4/2024).

Baca juga: Dua Pelaku Penipuan Online di Samarinda Merupakan Residivis, Seorang Di Antaranya Masih Pelajar

Kemudian beralih ke konten hiburan, musik online menempati posisi pertama yang paling banyak dikunjungi dengan persentase 77,68 persen, disusul video online 73,21 persen dan game online 25,89 persen.

Disinggung mengenai akses konten pornografi, judi online dan penggunaan aplikasi VPN, Zulfadly Syam mengakui APJII masih mencari metode lain yang dapat memunculkan data terkait hal tersebut.

Sumber: Tribun Kaltim
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved