Berita Samarinda Terkini
Masih Asing bagi Warga Samarinda, Pemkot Bakal Ajukan Bubur Peca sebagai Warisan Tak Benda
Masih asing bagi warga Samarinda, pemkot bakal ajukan bubur peca sebagai warisan tak benda yang diakui.
Penulis: Sintya Alfatika Sari | Editor: Diah Anggraeni
TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA - Bubur peca, hidangan istimewa Ramadan khas Masjid Shiratal Mustaqim Samarinda Seberang, telah ada sejak tahun 60-an.
Sajian ini merupakan karya H Salehuddin Pemma dan Hj Salma dengan dibantu warga sekitar masjid.
Tak sekadar hidangan berbuka puasa, bubur peca menjadi simbol keakraban dan kebersamaan.
Tradisi ini pun tak lepas dari peran Masjid Shiratal Mustaqim, masjid bersejarah di Samarinda yang didirikan tahun 1881.
Baca juga: Polresta Samarinda Siap Sinergi Sukseskan Pilkada Serentak 2024 Aman, Tertib dan Nyaman.
Namun, meskipun kaya rasa dan makna, bubur peca masih asing bagi banyak warga Samarinda.
Seperti yang diungkpkan Cintia, warga Samarinda Seberang yang hanya mencicipi bubur peca saat Ramadan di masjid.
"Karena bisa didapatkan cuma di bulan puasa di Masjid Tua, itu pun juga sudah agenda tahunan dari masjid, bagi-bagi bubur peca untuk warga sekitar," ujarnya.
Setiap tahunnya, momen menyantap bubur peca di masjid menjadi tradisi yang tak terlupakan bagi Cintia.
Rasanya yang gurih dan teksturnya yang lembut selalu dirindukan, apalagi ketika dinikmati bersama keluarga dan tetangga.
"Pokoknya setiap bulan puasa paling tidak pasti makan. Cuma kemarin pas covid gak makan," sebutnya.
Bagi Cintia, bubur peca memiliki cita rasa yang khas dan berbeda dari bubur lainnya.
"Buburnya beda dari bubur yang lain, lebih terasa," jelasnya. "Walaupun dimakan polosan juga sudah enak, tanpa lauk pun gurih." timpalnya.
Baca juga: Akhirnya Pengusaha Samarinda Said Amin Diperiksa KPK, Terkait Penerimaan Uang Produksi Batu Bara
Sementara itu, Sinar warga Samarinda Seberang lainnya, mengaku baru mendengar nama bubur peca.
"Pernah makan tapi kalau namanya gaktau," ujarnya.
Senada dengan Sinar, Nisa warga Jalan Merdeka Samarinda Kota justru tak mengetahui keberadaan makanan khas suku Bugis Samarinda Seberang itu.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.