Ibu Kota Negara

Fakta Lain Listrik Hijau yang Digunakan di HUT RI di IKN Kaltim, Harganya Lebih Mahal dari Biasa

Terungkap fakta lain 'Listrik Hijau' yang digunakan di HUT RI di IKN Kaltim, harganya jauh lebih mahal dari biasanya

Editor: Doan Pardede
Istimewa
Menteri BUMN Apresiasi Gerak Cepat PLN Hadirkan Energi Bersih di IKN 

“Saat ini sudah ada PLTS IKN yang dibangun oleh PLN Nusantara Power berkolaborasi dengan Sembcorp, perusahaan asal Singapura. Dari total 50 megawatt yang akan selesai pada akhir tahun 2024, saat ini sudah beroperasi sebesar 10 megawatt. Kami juga akan terus memanfaatkan potensi hidro yang ada di Kalimantan untuk menambah pasokan listrik hijau di sini,” tambah Darmawan.

Dirinya juga menjelaskan bahwa seluruh jaringan kelistrikan di IKN akan dibangun di bawah tanah sehingga lebih andal dan indah.

“Kami bangun smart transmission, smart distribution, sampai smart meter ke setiap pelanggan. Dengan listrik 100 persen dari EBT, seluruh sistem kelistrikan akan beroperasi dalam smart grid,” kata Darmawan.

PLN melalui subholding PLN Icon Plus juga telah menyiapkan jaringan telekomunikasi untuk mendukung digitalisasi dan data center yang akan dibangun di IKN.

“PLN secara bersama-sama membangun infrastruktur fiber optik untuk telekomunikasi di IKN. Jadi di bawah sini ada MUT (Multi Utility Tunnel) di mana infrastuktur fiber optic dibangun secara kokoh, karena hal ini menjadi bagian terintegrasi yang tidak terpisahkan dari infrastruktur ketenagalistrikan,” ujar Darmawan.

Baca juga: ASN Siap-Siap Pindah ke IKN Nusantara, Jokowi Pimpin Langsung Rapat Pemindahan ke Kalimantan Timur

Untuk mendukung penggunaan kendaraan listrik di IKN, pihaknya pun siap membangun ekosistem smart electric vehicle.

“Kami juga telah membangun SPKLU di setiap titik yang dibutuhkan. Layanannya kami satukan dalam satu genggaman di PLN Mobile," tutup Darmawan.

Harga Listrik Energi Hijau Lebih Mahal, Ini Alasannya 

Pengembangan energi terbarukan (ET) masih mengalami sejumlah kendala, utamanya harga listrik energi bersih ini dinilai masih cukup tinggi jika dibandingkan dengan listrik berbasis energi fosil.

Ketua Umum Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI), Bobby Gafur menjelaskan, persoalan tarif listrik energi terbarukan yang masih tinggi disebabkan oleh berbagai faktor yakni teknologi yang relatif masih lebih mahal dan keekonomian pembangkit.

“Dari segi keekonomian, pembangkit listrik energi terbarukan dibandingkan dengan pembangkit batubara dari segi kapasitas berbeda jauh. PLTU bisa sampai bergiga-giga watt sedangkan kalau energi terbarukan apalagi PLTS rata-rata di bawah 5 MW,” jelasnya kepada Kontan.co.id, Minggu (13/11)

Selain itu, saat ini harga teknologi energi terbarukan diakui Bobby masih cenderung mahal.

Namun, dia menegaskan, ada baiknya memperhitungkan pembangkit ET bukan hanya dari segi tarif listriknya saja.

Menurutnya, jika pengembangan pembangkit energi bersih ini dikombinasikan dengan insentif fiskal dan masa konsesi yang panjang, proyek ET seharusnya sudah cukup feasible.

“Hanya saja, para pemain EBT menjual listriknya yang lebih mahal kan pembelinya PLN. Sedangkan PLN masih punya opsi menjual listrik yang lebih murah dari PLTU,”

Halaman
1234
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved