Berita Kutim Terkini
70 Liter Eco Enzyme Disebar di Pasar Induk Sangatta Utara Kutai Timur
Relawan Eco Enzyme Kabupaten Kutai Timur telah berhasil memproduksi eco enzyme selama 6 bulan yang lalu alias sejak awal tahun 2024 lalu
Penulis: Nurila Firdaus | Editor: Samir Paturusi
TRIBUNKALTIM.CO, SANGATTA - Relawan Eco Enzyme Kabupaten Kutai Timur telah berhasil memproduksi eco enzyme selama 6 bulan yang lalu alias sejak awal tahun 2024 lalu.
Kini, Relawan Eco Enzyme Kutai Timur menginisiasi untuk menebarkan hasil produksinya di Pasar Induk Sangatta Utara yang berlokasi di Jalan Ilham Maulana, Sangatta.
"Kami sebar eco enzyme hari ini sebanyak kurang lebih 70 liter di Pasar Induk Sangatta Utara bagian belakang dekat lapak ikan dan daging (penampungan limbah)," ungkap Ketua Relawan Eco Enzyme Kutai Timur, Reni Puspita, Kamis (11/7/2024).
Ia menyampaikan bahwa manfaat eco enzyme bagi lingkungan sangat bagus, selain mengurangi sampah rumah tangga juga hasil eco enzymenya berguna sebagai pengurai bau.
Baca juga: Mengenal Sosok Reni Puspita, Pelopor Gerakan Eco Enzyme dari Sampah di Sangatta Kutim
Baca juga: Pupuk Kaltim Gelar Pelatihan Daur Ulang Pembuatan Eco Enzyme dan Maggot di Bontang
Dalam hal ini, sengaja dipilih lokasi di dekat lapak ikan dan daging karena salurannya bau dan juga tersumbat sehingga eco enzyme bisa berperan sebagai pengurai.
"Selain itu bisa juga menyuburkan tanah dan jadi pangan ikan, dari ampas juga bisa untuk kesehatan sesuai metodenya," imbuhnya.
Ditambahkan oleh Ketua Gerakan Ekonomi Kreatif, Efendi Rustam Lubis juga menyampaikan bahwa eco enzyme juga memiliki nilai ekonomis.
Bahkan banyak di platform digital eco enzyme dijual dengan packingan botol dengan harga mulai dari Rp 30 ribu sampai 100 ribuan tergabtung volume.
"Produk ini kami buat dari sampah rumah tangga, yang terdiri dari potongan sayur, kulit buah, kita kumpulkan lalu kita fermentasi setelah 3 bulan jadilah cairan eco enzyme," ujar Lubis, sapaannya.
Menurutnya, eco enzyme dapat membantu Pemerintab dalam mengurangi debit sampah secara pelan-pelan.
Sebab menurutnya sampah yang dihasilkan masyarakat sebanyak 60 persen merupakan sampah organik rumah tangga seperti sampah sayur dan kulit buah.
Kulit buah bisa ia diperoleh dari pedagang buah di Kutai Timur yang dikumpilkan.
"Ini sudah dipraktikkan di wilayah Jawa seperti Solo, Yogyakarta, Bandung, Bali hampir setiap bulan mereka produksi untuk dijadikan pupuk," jelasnya.
Baca juga: Giat SDN 030 Balikpapan Utara Dihari Pertama Sekolah, Pelepasan Balon dan Siswa Belajar Eco Enzyme
Selain itu, manfaat eco enzyme bagi pemilik budi daya ikan bisa ditebarkan di kolam ikannya, sehingga air kolam bisa lebih bersih dan ikan bisa lebih gemuk.
"Mudah-mudahan bulan depan bisa berlanjut di Pasar Sangatta Selatan," pungkasnya. (*)
| Reaksi DPRD Atas Peletakkan Batu Pertama Gedung Gereja Toraja di Kutai Timur |
|
|---|
| Dinas PUPR Kutim Usulkan 20 Lebih Paket MYC, Jalan Alternatif Seriung Diusulkan |
|
|---|
| 31 Tahun Penantian, Gereja Toraja Jemaat Prima Sangatta Akhirnya Dibangun |
|
|---|
| Pemkab Kutim Terapkan Skema Proyek Tahun Jamak Rp 2,1 Triliun untuk Pembangunan Infrastruktur |
|
|---|
| Polairud Kutim Tangkap Pelaku Illegal Fishing di Sangatta, Gunakan Alat Setrum Berbahaya |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/kaltim/foto/bank/originals/20240711-Ketua-Relawan-Eco-Enzyme-Kutim-Reni-Puspita.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.