IKN Gawat DBD
Puluhan Pekerja IKN di Kaltim Jibaku Lawan DBD, Angka Demam Berdarah di PPU Tertinggi Kedua Nasional
Menempati ranjang nomor 6 di salah satu Bangsal di RSUD Sepaku, Muhibah (49) yang merupakan warga Sukabumi Jawa Barat ini tampak terkulai lemas.
Data Incident Rate atau jumlah kasus dibanding jumlah penduduk (1/100.000) per 18 Oktober 2024 menyebutkan bahwa kabupaten dengan IR tertinggi adalah Gianyar dengan 767,8; disusul PPU 729,4, kemudian Klungkung 577,7; Bangli 477,5 dan kemudian Kota Kendari dengan 439,1.
Sementara untuk kasus DBD di periode yang sama yang dikeluarkan 18 Oktober 2024, kasus tertinggi terjadi di Bandung dengan 6.786 kasus, Tangerang 4.774 kasus, Depok Kota 4.277 kasus, Gianyar 4.122 kasus dan Bekasi dengan 3.861 kasus.
Memilih Pulang
Muhibah menjelaskan, inilah pertama kalinya ia diserang demam berdarah.
Untuk itu saat ini ia dilema apakah ingin melanjutkan kontrak enam bulan dengan perusahaan tempatnya bekerja atau memilih pulang.
Vonis mengidap demam berdarah berikut dengan layanan rumah sakit yang menurutnya merepotkan membuatnya susah.
"Bagaimana tidak, selama dirawat saya harus beli makanan sendiri. Bukan hanya untuk Fajri yang menunggu saya, tetapi makanan untuk saya sebagai paisen juga harus beli sendiri," imbuhnya.
Belum lagi dengan kontrak kerjanya selama enam bulan yang ia rasakan membingungkan.
Ia mengaku awalnya dijanjikan upah Rp 175 ribu per hari.
Namun kenyataannya yang diterima tidak sama dengan perjanjian.
Baca juga: Dinkes Kaltim Catat Ada 3.896 Kasus Positif DBD Sepanjang Tahun 2024 Ini, Terbanyak Berada di Kukar
Belum lagi ia juga tidak tahu bagaimana dengan biaya perawatannya di rumah sakit.
"Untuk makan saja Rumah Sakit tidak menyediakan nasi dan saya harus keluar duit sendiri untuk beli," jelasnya.
"Kalau upah kerja itu Rp 125 ribu per hari, ya itu aja, kalau mau lebih ya lembur, Kalau ndak lembur ya ndak bakalan cukup itu. Awal-awal kita dengar dijanjikan Rp 175 ribu, nyatanya sampai di sini segini, ya sudahlah," jelasnya.
Peluang untuk mendapatkan upah lebih layak di IKN yang diharapkan Muhibah tak menjadi kenyataan saat ia nekat mencari peruntungan di IKN.
Terlebih saat ia harus menderita demam berdarah membuat apa yang sudah diperoleh yang niatnya ditabung untuk anak istri di rumah harus terpakai untuk biaya perawatannya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.