MHU

Pengintegrasian GMP dan ESG, Cara MHU Wujudkan Pertambangan yang Bertanggung Jawab dan Berkelanjutan

Dalam lanskap industri pertambangan yang terus berkembang, keseimbangan antara eksplorasi sumber daya dan keberlanjutan harus berjalan beriringan

|
Penulis: Iklan Tribun Kaltim | Editor: Budi Susilo
HO/MHU
KONSEP HIDUP BERKELANJUTAN - Melalui penerapan GMP, MHU berupaya untuk menjadi good corporate citizen sekaligus ESG. Dalam lanskap industri pertambangan yang terus berkembang, keseimbangan antara eksplorasi sumber daya dan keberlanjutan harus berjalan beriringan. 

MHU juga mengembangkan kawasan Agro-Edu-Wisata di Desa Jonggon Jaya dan Desa Margahayu melalui kolaborasi dengan Universitas Kutai Kartanegara, Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), dan masyarakat lokal.

Dalam kawasan tersebut, perusahaan turut membangun Mini Ranch berupa peternakan sapi, penangkaran rusa sambar, serta pengembangan tanaman hortikultura seperti kebun kelengkeng, serai wangi, jagung, dan sorgum.

Komitmen keberlanjutan MHU juga ditunjukkan melalui partisipasinya sebagai pembeli unit karbon pertama di Bursa Karbon Indonesia dengan membeli 1.250 ton CO2eq pada September 2023.

Di sisi operasional, perusahaan berhasil mengurangi konsumsi energi hingga 20 persen melalui penerapan teknologi hemat energi serta menurunkan tingkat polusi air dan tanah hingga 30 persen dalam dua tahun terakhir melalui pengelolaan limbah berbasis reduce, reuse, recycle (3R).

“Bukan tanpa tantangan. Kami memahami juga bahwa penerapan GMP tak hanya membutuhkan teknologi dan kebijakan yang tepat, tapi juga komitmen serta partisipasi aktif dari seluruh karyawan melalui berbagai inisiatif untuk meningkatkan kesadaran K3 dan kepedulian terhadap lingkungan,” jelasnya.

Beberapa hal yang dilakukan untuk melibatkan karyawan secara aktif turut dijelaskan oleh Wijayono, yakni pelatihan keselamatan dan lingkungan secara berkala, mulai identifikasi potensi bahaya, penggunaan alat pelindung diri (APD) dan penerapan standar Work at Height. 

Pelatihan tak hanya bersifat teknis, tapi sampai memberikan pemahaman pentingnya menjaga keselamatan bagi diri sendiri, rekan kerja, dan lingkungan kerja.

MHU juga mengintegrasikan K3 dalam budaya kerja tidak hanya dalam operasional tambang, tapi juga dalam kegiatan harian dengan membuat kampanye kesadaran keselamatan.

“MHU mendorong karyawan untuk secara aktif melaporkan potensi bahaya dan insiden melalui sistem pelaporan yang mudah diakses. Selain itu, kami rutin mengadakan simulasi evakuasi, pemadaman kebakaran, dan penanganan insiden lainnya agar karyawan mampu merespons kondisi darurat secara efektif,” jelasnya.

Sebagai upaya peningkatan kesadaran lingkungan, karyawan juga diberikan program edukasi agar tercipta kesadaran bahwa keberlanjutan lingkungan merupakan tanggung jawab bersama.

Lewat pendekatan tersebut, MHU telah berhasil membangun budaya kerja yang mengutamakan keselamatan dan keberlanjutan. Hal ini terlihat dari penurunan angka insiden kerja dan meningkatnya kesadaran karyawan terhadap pentingnya menjaga lingkungan. Pendekatan ini juga menunjukkan komitmen MHU untuk mematuhi standar GMP sekaligus mendukung target SDGs.

Tak ingin upaya penerapan GMP sia-sia, MHU punya cara untuk mengukur keberhasilan pengimplementasian program lewat sistem dan sejumlah indikator di lapangan.

“Sistem ini mencakup penggunaan indikator kinerja, evaluasi berkala lewat audit dan inspeksi lapangan, serta pelaporan yang terintegrasi, baik dengan standar nasional maupun internasional,” ujarnya lagi.

Sebagai bagian dari kewajiban hukum, MHU turut melaporkan hasil implementasi GMP ke Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) setiap tiga bulan sekali. Laporan ini mencakup data tentang keselamatan kerja, pengelolaan limbah, hasil reklamasi, dan tanggung jawab sosial.

 Lalu, setiap enam bulan, MHU melakukan evaluasi menyeluruh terhadap progres penerapan GMP.

“Evaluasi ini melibatkan tim lintas departemen untuk meninjau capaian, mengidentifikasi tantangan, dan menentukan langkah perbaikan. Feedback dari karyawan dan komunitas lokal juga diintegrasikan ke dalam evaluasi untuk memastikan pendekatan yang inklusif,” tambahnya.

Komitmen masa depan

Wijayono bercerita bahwa pihaknya berkomitmen untuk meningkatkan standar GMP meskipun menghadapi perubahan regulasi atau tantangan industri. Bagi MHU, GMP menjadi komitmen masa depan.

“GMP di MHU difokuskan pada tiga aspek utama—operasional, keselamatan kerja (safety), dan pengelolaan lingkungan—yang menjadi prioritas dalam memastikan praktik pertambangan dilakukan dengan teknik yang baik, aman, dan ramah lingkungan,” katanya.

Dalam konteks regulasi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), aspek safety dan lingkungan memiliki bobot yang lebih besar, sementara aspek sosial (community development) diakui, tetapi tidak memiliki standar yang seragam.

Adapun beberapa langkah yang diterapkan dalam mengatasi hal itu adalah berinvestasi dalam teknologi operasional yang efisien dan ramah lingkungan memanfaatkan alat modern. Misalnya teknik mine planning berbasis perangkat lunak canggih untuk memastikan aktivitas tambang dilakukan dengan perencanaan optimal dan meminimalkan kerusakan lingkungan.

Kemudian, peningkatan keselamatan kerja lewat program safety induction, emergency drills, dan inspeksi berkala. Lalu, mereklamasi lahan bekas tambang.

MHU diakui Wijayono juga proaktif dalam memantau perubahan regulasi dari pemerintah, khususnya yang berkaitan dengan standar keamanan lingkungan. Juga tak segan berkolaborasi dengan pemerintah dan industri. Untuk mengembangkan standar teknis yang lebih baik lewat penerapan standar Work at Height.

MHU juga mengikuti program penilaian GMP yang diadakan oleh Kementerian ESDM. Keikutsertaan ini menjadikan MHU sukses meraih empat Piagam Penghargaan Utama sekaligus dalam ajang GMP Awards 2024.

20250125_MHUC4
MHU meraih penghargaan bergengsi pada ajang Penerapan Kaidah Teknik Pertambangan Mineral dan Batubara yang Baik Tahun 2024 atau GMP Award 2024 yang diselenggarakan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). 

Penghargaan itu meliputi kategori Pengelolaan Lingkungan Hidup, Penerapan Konservasi, Standarisasi dan Usaha Jasa Pertambangan, serta Pengelolaan Teknis.

Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Tri Winarno menyebutkan, penghargaan GMP dimaksudkan untuk memberikan apresiasi kepada perusahaan pertambangan pemegang Kontrak Karya (KK), Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B), Izin Usaha Pertambangan (IUP), Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) ataupun perusahaan jasa pertambangan pemegang Izin Usaha Jasa Pertambangan (IUJP) yang berprestasi dalam menerapkan kaidah teknik pertambangan mineral dan batubara yang baik.

Adapun penilaian prestasi terkait penerapan kaidah teknik pertambangan yang baik didasari oleh sejumlah hal.

Hal itu meliputi aspek pengelolaan teknis, keselamatan, lingkungan hidup, penerapan konservasi, serta pengelolaan usaha jasa.

Menurut Tri, semua perusahaan yang berhasil mendapatkan penghargaan GMP adalah pihak yang sukses dalam menerapkan semua aspek tersebut.

Terkait hal itu, Wijayono mengatakan, pencapaian tersebut jadi bukti kuat perusahaan sebagai pionir dalam industri pertambangan yang bertanggung jawab.

Langkah strategis tersebut juga menjadi bukti nyata bahwa MHU dan MMSGI tidak hanya berorientasi pada keberhasilan bisnis semata, tetapi juga berkomitmen untuk mewujudkan cita-cita sebagai good corporate citizen. (*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved