Berita Kaltim Terkini
Antisipasi Dampak Perang Dagang China–AS, BI Kaltim Dorong Diversifikasi Pasar Ekspor
Antisipasi dampak perang dagang China–AS, Bank Indonesia Kalimantan Timur dorong diversifikasi pasar ekspor.
Penulis: Mohammad Fairoussaniy | Editor: Diah Anggraeni
TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA – Perang dagang (trade war) antara China dan Amerika Serikat (AS) membuat khawatir.
Tidak terkecuali, Kalimantan Timur sebagai provinsi yang ikut memasarkan produknya kedua negara tersebut.
Kenaikan tarif impor ke negeri Paman Sam secara langsung membuat produk ekspor terdampak dan kurang kompetitif di pasar AS.
Hal ini tentu berpotensi menekan kinerja ekspor dan cadangan devisa nasional.
Baca juga: Dampak Perang Dagang AS–China bagi Ekonomi Kaltim, Begini Kata Bank Indonesia
Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kaltim, Bayuadi Hardiyanto, menyebut bahwa ekspor selama ini menjadi salah satu sumber utama cadangan devisa Indonesia.
Jika arus devisa terganggu, maka nilai tukar rupiah dapat tertekan akibat ketidakseimbangan di pasar valuta asing.
Di Kaltim, dampak perang dagang ini mulai dirasakan meskipun tidak secara langsung.
Salah satu provinsi penyuplai utama komoditas alam seperti batu bara dan kelapa sawit, Kaltim sangat bergantung pada permintaan dari negara mitra dagang.
"Ketika industri di negara mitra dagang kita ikut terganggu, maka permintaan domestik mereka terhadap komoditas seperti batubara dari Kaltim juga akan ikut menurun,” sebutnya menanggapi terkait dampak perang dagang AS-China bagi ekonomi Kaltim, Sabtu (26/4/2025).
Terlebih, sektor batu bara Kaltim yang selama ini menjadi sumber energi pembangkit listrik di berbagai negara.
Namun, perang dagang menyebabkan perlambatan ekonomi global, maka permintaan energi pun akan berkurang yang berimbas pada penurunan permintaan batubara dari Kaltim.
Baca juga: Refocusing Anggaran, Dishub Kaltim Prioritaskan Tiga Proyek untuk Program Jospol
Selain itu, kebijakan Amerika Serikat yang menetapkan tarif impor tinggi hingga 145 persen terhadap produk China juga berpotensi memicu limpahan produk China ke negara lain, termasuk Indonesia.
Produk-produk yang sebelumnya ditujukan untuk pasar AS kini mencari pasar alternatif, dan Indonesia menjadi salah satu target potensial.
"Indonesia termasuk negara yang akan kelimpahan produk-produk dari China," imbuh Bayuadi.
Kebijakan tarif impor tinggi yang diterapkan Amerika Serikat pada awal April ini juga secara tidak langsung menahan mitra dagang Kaltim lainnya seperti Tiongkok, India, dan Filipina untuk melakukan ekspor ke Amerika.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.