Program Makan Bergizi Gratis
BGN Kena Semprot DPR, Ajukan Tambahan Anggaran MBG Rp 28 Triliun Tanpa Restu
Komisi IX DPR menegur BGN karena ajukan tambahan anggaran Rp28,4 triliun tanpa izin. Dibat juga soal keracunan MBG dan kelangkaan ahli gizi.
Selain itu, BGN juga sedang mengembangkan SPPG sekitar 8.000 titik di daerah terpencil.
Pengembangan SPPG tersebut diperkirakan membutuhkan tambahan anggaran sekitar Rp 14,1 triliun.
"Dengan proyeksi kebutuhan tersebut, maka kita akan membutuhkan tambahan senilai 14,53 triliun untuk makan bergizi," ucapnya.
"Selain itu kita sedang juga mengembangkan SPPG atau Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi di daerah- daerah terpencil yang sudah kami data ada 8.000," katanya.
Baca juga: Balai Karantina Usul Pemkot Balikpapan Buat Sistem Pantau Program MBG
Kasus Keracunan
Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana, mengungkapkan, kasus keracunan pangan dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG) paling banyak terjadi di wilayah Jawa Barat. Terutama di Garut, Cianjur, Bandung Barat, serta Sleman di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Dadan menyebut, hasil kajian tim BGN menemukan indikasi kuat adanya infeksi nitrit sebagai salah satu penyebab utama gangguan pencernaan di wilayah tersebut.
"Betul masalah lebih banyak di Jawa Barat. Garut, Cianjur, Bandung Barat, dan ditambah dengan Sleman. Nah itu, daerah endemik untuk kejadian, karena itu yang paling tinggi. Kemarin timnya bu Waka sudah mendapatkan gambaran, bahkan bukan hanya masalah air, tapi ternyata infeksi nitrit cukup tinggi," kata Dadan dalam rapat bersama Komisi IX DPR RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu.
Infeksi nitrit bukanlah nama penyakit, melainkan istilah yang merujuk pada kondisi adanya nitrit dalam urine, yang biasanya menjadi tanda adanya infeksi saluran kemih (ISK).
Menurutnya, infeksi nitrit itu kemungkinan besar dipicu oleh praktik pertanian yang menggunakan pupuk nitrogen berlebih, sehingga kandungan nitrit dalam tanaman meningkat.
Ia mengatakan zat tersebut dapat mengganggu sistem pencernaan, terutama pada anak-anak.
“Kemungkinan ini disebabkan oleh praktik budidaya petani yang terlalu banyak memberikan nitrogen, sehingga kandungan nitrit di dalam tanaman cukup tinggi,” jelasnya.
"Di Bandung Barat bahkan ditemukan tiga anak mengalami gangguan pencernaan hanya karena makan melon. Diduga melon tersebut mengandung kadar nitrit tinggi,” lanjutnya.
Sebagai langkah tindak lanjut, BGN kini tengah melakukan konsolidasi dengan seluruh mitra di daerah endemik.
Termasuk, para ahli gizi dan pengelola Satuan Pelaksana Program Pemberian Gizi (SPPG).
“Kami sedang kumpulkan seluruh mitra di daerah yang mengalami masalah, termasuk di Bandung Barat. Wakil Ketua DPR juga akan hadir untuk memberikan penjelasan,” pungkasnya.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/kaltim/foto/bank/originals/20251113_DPR-Tegur-BGN.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.