OPINI
Kaltim Berkelanjutan: Menambang Nilai, Bukan Bumi
Di era transisi menuju ekonomi hijau, Kaltim dihadapkan pada pilihan yakni melanjutkan pola lama mengekstraksi alam atau menemukan jalan baru.
Ketika masyarakat lokal menjadi pelaku utama bukan hanya penonton maka pariwisata akan menumbuhkan kebanggaan dan kemandirian.
Contohnya bisa dilihat di Desa Wisata Merabu, Kabupaten Berau.
Sebuah kampung kecil dikaki di mana masyarakat adat Dayak Lebo menjadi penjaga sekaligus pemandu bagi wisatawan yang ingin menjelajah hutan purba. Tak ada bangunan mewah, tak ada eksploitasi.
Yang ada adalah kesederhanaan yang tulus, keterampilan tradisional yang diwariskan, dan hubungan spiritual antara manusia dan alam.
Model seperti inilah yang seharusnya dikembangkan.
Pariwisata berbasis komunitas (community-based tourism) yang tumbuh dari bawah, menghargai nilai-nilai lokal, dan mengembalikan hasil ekonomi kepada masyarakat.
Pariwisata seperti ini bukan hanya menciptakan pendapatan, tetapi juga memperkuat kohesi sosial dan rasa memiliki.
Masyarakat tidak lagi bergantung pada perusahaan tambang atau bantuan luar, karena mereka memiliki ekonomi yang berakar pada tanah sendiri.
Kaltim bukan hanya kaya alam, tetapi juga kaya makna. Ada ratusan ekspresi budaya, bahasa, dan tradisi yang tumbuh dari pertemuan antara suku Dayak, Kutai, Banjar, Bugis, dan berbagai etnis pendatang lain.
Namun dalam arus globalisasi yang deras, banyak nilai-nilai itu yang mulai memudar.
Pariwisata berkelanjutan memberi napas baru bagi kebudayaan lokal.
Melalui festival, pementasan, kuliner, dan kerajinan tangan, warisan budaya bukan hanya dilestarikan tetapi juga dimaknai ulang.
Seorang wisatawan menginap di rumah adat, mencicipi pangan lokal, atau menyaksikan upacara adat, sesungguhnya ia sedang ikut menjaga keberlangsungan identitas.
Di sisi lain, masyarakat lokal juga mendapatkan kesempatan untuk memperkuat jati diri mereka di hadapan dunia.
Inilah keindahan sejati pariwisata berkelanjutan. Ia bukan sekadar memotret budaya, tapi menjadi ruang perjumpaan lintas makna antara manusia, alam, dan sejarahnya.
Baca juga: Pantai Manggar Disiapkan Jadi Ikon Wisata Unggulan Balikpapan, Dorong Ekowisata dan PAD Daerah
| Pendidikan Inklusif: Jangan Biarkan Anak Berkebutuhan Khusus Tertinggal di Kelas Kita | :format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/kaltim/foto/bank/originals/20251011-Achmad-Noor-Syamsul-Revaldhi.jpg)  | 
|---|
| Saatnya Sekolah Berani Berbenah di Era IA2024 Versi 2025, Akreditasi Bukan Sekadar Nilai! | :format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/kaltim/foto/bank/originals/Linda-Un-Mulia.jpg)  | 
|---|
| TKD Dipangkas: Fokus Program Pro Rakyat, Ambil Peluang Pembangunan Melalui APBN | :format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/kaltim/foto/bank/originals/Anggota-DPR-RI-AjiMirni-Mawarni-2.jpg)  | 
|---|
| Belajar dari Kasus Prabumulih: Jangan Ambil Keputusan Ketika Emosi Tidak Stabil | :format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/kaltim/foto/bank/originals/jauhar-effendi-dpmpd-kaltim2.jpg)  | 
|---|
| Ekonomi Terasa Lesu, UMKM dan Pekerja Perlu Strategi Bertahan | :format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/kaltim/foto/bank/originals/Linda-Un-Mulia.jpg)  | 
|---|

:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/kaltim/foto/bank/originals/Syahrul-Poltekba.jpg)
 
						
					 
						
					 
						
					 
						
					 
						
					 
				
			:format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/kaltim/foto/bank/originals/DPD-RI-Mirni.jpg) 
											:format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/kaltim/foto/bank/originals/jauhar-effendi-dpmpd-kaltim2.jpg) 
											:format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/kaltim/foto/bank/originals/20250528_Apresiasi-dari-Tribun-Kaltim.jpg) 
											:format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/kaltim/foto/bank/originals/Linda-Un-Mulia.jpg) 
											
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.