Berita Samarinda Terkini

SR Palaran Samarinda Segera Dibangun, PDAM Pastikan Kebutuhan Air Bersih Terpenuhi

Dirtek Perumdam Tirta Kencana, Kaharuddin, mengatakan lokasi SR Palaran berada dekat dengan jaringan pipa milik BWS, Rabu (19/11/2025).

HO/PERUMDA TIRTA KENCANA
CEK JARINGAN DISTRIBUSI - Foto Ilustrasi. Petugas Perumda Tirta Kencana Samarinda melakukan pengecekan jaringan distribusi air sebagai respons atas keluhan keterbatasan air bersih di Sekolah Rakyat Terintegrasi 58 dan SMAN 16 Samarinda. Pembangunan Sekolah Rakyat (SR) permanen di Kecamatan Palaran, Samarinda, mendapat dukungan teknis dari Perumdam Tirta Kencana. Direktur Teknik Perumdam Tirta Kencana, Kaharuddin, menjelaskan bahwa lokasi pembangunan SR berada sangat dekat dengan jaringan pipa milik Balai Wilayah Sungai (BWS), hanya sekitar 500 meter, Rabu (19/11/2025). (HO/PERUMDA TIRTA KENCANA) 

Ia menyebut proses ini merupakan tindak lanjut dari pertemuan koordinasi di Bali yang telah dilaporkan kepada Walikota Samarinda.

Samarinda tercatat sebagai satu-satunya daerah di Kalimantan Timur yang masuk dalam daftar 104 Sekolah Rakyat yang dibangun pemerintah pusat pada tahun ini.

“Pekerjaannya sekitar enam bulan, ditargetkan selesai karena Juli harus sudah bisa dipakai. Berarti itu harus qualified, tahun ajaran depan sudah mulai,” jelas Asli.

Lahan Sudah Diproses

Menurut Asli, pemerintah pusat menekankan percepatan proyek sekaligus penyelesaian aspek administratif, khususnya sertifikasi lahan.

Pemkot Samarinda telah mengajukan sertifikat tanah ke ATR/BPN dan berharap proses tersebut bisa dipercepat.

Baca juga: Alasan Sekolah Rakyat 58 di Samarinda Dibuat Kelas Mini, Khawatir Cepat Merasa Bosan

Ia juga menegaskan pentingnya koordinasi lintas instansi agar sarana pendukung sekolah siap sejak awal pembangunan.

PLN, Diskominfo, dan PDAM disebut berperan penting dalam penyediaan jaringan listrik, internet fiber optic, pipa air, hingga debit air untuk ratusan penghuni asrama.

Fasilitas Lengkap Berstandar Tinggi

Sekolah Rakyat Palaran dirancang sebagai fasilitas pendidikan terintegrasi dengan konsep asrama modern.

Asli menyebut sekolah ini akan dilengkapi dapur umum, keran air panas-dingin, serta laptop untuk siswa.

“Sekolah ini betul-betul hebat, diurus dan modalnya besar. Istilahnya memanusiakan manusia. Supaya anak-anak bisa menikmati sekolah yang berstandar,” ujarnya.

Saat ini kegiatan belajar sementara masih dilakukan di tiga lokasi: BPMP Kaltim, BPVP Samarinda, dan SMAN 16 Samarinda, sambil menunggu pembangunan gedung utama di Palaran yang berdiri di atas lahan hibah seluas 7 hektare.

Asli mengakui bahwa pendaftaran Sekolah Rakyat masih mengikuti jadwal MPLS nasional, namun Samarinda sempat tertinggal dalam sosialisasi.

Ia menduga sebagian masyarakat belum yakin karena bangunan fisik sekolah belum terlihat.

“Mungkin masih belum percaya karena belum ada bangunannya. Bayangkan, Rp38 juta per anak per tahun dijamin semua. Tapi kita dorong agar sosialisasi dilakukan lebih cepat,” ujarnya.

Sekolah Rakyat Terintegrasi merupakan program prioritas pemerintah pusat melalui Kementerian Sosial, bekerja sama dengan Kementerian PUPR dalam pembangunan fisik, serta Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah untuk pengelolaan kurikulum.

Jika proyek berjalan sesuai rencana, Samarinda akan menjadi salah satu kota yang paling siap mendukung model pendidikan baru berbasis asrama dan pemberdayaan sosial yang tengah dikembangkan pemerintah. 

Baca juga: Teras Samarinda Tahap II, Andi Harun Pastikan Area Bebas Parkir, Siapkan Halte Bus Terintegrasi

Cerita Pengajar Sekolah Rakyat: Dari Kota Metropolitan Jakarta ke Bumi Etam

Salsa Bila Maharani, Wakil Kepala Sekolah Rakyat Terintegrasi 58 Samarinda, merasakan pengalaman luar biasa saat pertama kali tiba di Samarinda pada 24 September lalu. 

Perpindahannya dari Jakarta ke kawasan SMAN 16 Samarinda membawanya pada realitas kehidupan yang berbeda.

"Kalau pengalaman saya gitu ya kan sebagai orang Jakarta terus langsung ditunjuk menjadi pengajar Sekolah Rakyat di Samarinda itu luar biasa," ungkap Salsa, Sabtu (15/11/2025)

Perempuan yang juga mengajar jenjang SMA ini menemukan banyak hal baru yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.

Salah satu tantangan terbesar adalah soal ketersediaan air bersih.

Di Jakarta, air mengalir melimpah dan mudah diakses.

Namun di Samarinda, khususnya di sekolah rakyat 58 ia harus mengalami keterbatasan akan air bersih.

"Bahkan kan di wilayah-wilayah makin ke timur itu kan susah air ya," kata Salsa menceritakan apa yang ia dengar saat masih di Jakarta.

Pengalaman ini membuka matanya tentang kesulitan yang dialami masyarakat setempat.

Realitas kekurangan air yang selama ini hanya ia dengar, kini benar-benar ia rasakan langsung.

Dalam proses mengajar, Salsa menemukan siswa-siswanya dapat diarahkan dengan baik.

Namun tantangan terbesarnya adalah membangun semangat belajar mereka.

Banyak siswa yang memiliki orientasi langsung bekerja di perkebunan atau pertambangan.

"Tapi gimana caranya saya itu memotivasi mereka untuk misalkan, kalian itu harus belajar biar nanti itu kalian bisa kuliah gitu," tutur Salsa.

Ia berupaya membuka wawasan siswa bahwa pendidikan dapat membuka peluang lebih luas, seperti menjadi pengajar atau bekerja di perusahaan.

Bukan hanya sebatas menjadi pekerja di perkebunan.

Siswa SMA yang terbiasa bekerja di lapangan cenderung kurang bersemangat dalam pembelajaran di kelas.

Mereka mudah merasa bosan dan ingin segera keluar.

Untuk mengatasinya, Salsa menciptakan media pengajaran yang menarik dan menyenangkan.

Ia terus memotivasi agar siswa tidak terjebak pada pemikiran langsung bekerja tanpa pendidikan yang cukup.

Bahkan ada siswa yang pernah bekerja sebagai kuli pertambangan dan sudah merasakan menghasilkan uang banyak. 

"Bu saya pernah bahkan jadi kuli. Nah itu saya udah megang uang banyak bu," cerita salah satu muridnya.

Meski begitu, siswa tersebut tetap memilih kembali bersekolah.

Salsa melihat ini sebagai tanda semangat belajar yang patut diapresiasi.

Program Sekolah Rakyat yang digagas Presiden Prabowo Subianto menjadi alasan utama Salsa rela mengajar jauh dari domisili.

Program ini menyasar siswa dari keluarga kurang mampu, khususnya dari ekonomi desil 1 dan desil 2.

Banyak anak yang sempat putus sekolah atau bahkan tidak pernah mengenyam pendidikan formal.

Mengajar di Sekolah Rakyat bukan sekadar transfer ilmu.

Bagi salsa, ini tentang memberi harapan pada anak-anak yang hampir kehilangan masa depan.

"Nah itu program Sekolah Rakyat ini kan sangat membantu mereka ya, jadi mereka itu bisa sekolah lagi, mereka bisa pakai seragam lagi, terus itu juga menurut saya motivasi saya untuk mengajarkan mereka sih, jadi kayak saya juga bisa banyak belajar banyak hal dari mereka juga," pungkas Salsa. (*)

Sumber: Tribun Kaltim
Halaman 4/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved