Berita Samarinda Terkini
Kejanggalan Kematian Pelajar SMP di Samarinda, Polisi Bongkar Makam untuk Autopsi Jenazah
Kejanggalan kematian pelajar SMP di Samarinda, polisi gali makam untuk autopsi jenazah, Minggu (23/11/2025).
Penulis: Mohammad Fairoussaniy | Editor: Rita Noor Shobah
“Ya dari orangtua korban memutuskan untuk mengusut kasus (kejanggalan) ini. Karena awalnya itu mereka mencurigai saat dikafankan pun itu masih keluar model cairan atau busa dari mulut korban. Nah, memang sama mata itu dilihat agak sedikit lebam. Cuma kan tidak tahu secara pasti apa yang menyebabkan itu, nggak ada keterangan sama sekali. Nanti sudah ada dari pihak teman-teman korban yang kemudian itu menjadi dasar untuk mengusut (peristiwa) ini semua,” bebernya, Sabtu (22/11/2025) kepada TribunKaltim.co.
Ia pun menegaskan, kini proses penyelidikan sepenuhnya ditangani pihak kepolisian, Polresta Samarinda.
Untuk itu, terkait dengan dugaan siapa para pelaku, dan siapa saja pihak yang sempat terhubung dengan korban, remaja R sebelum meninggal dunia, Sudirman mengatakan hal itu nanti kembali pada kebenaran kepolisian.
“Kami hanya membandingkan dari pihak keluarga korban, yang jelas itu silahkan nanti bisa tanya ke pihak kepolisian,” tegasnya.
Keluarga Ingin Tahu Apa yang Sebenarnya Terjadi
Ibu R, Sartia (41) kini sangat berharap pihak berwajib dalam hal ini kepolisian Samarinda dapat menemukan titik terang kematian anaknya yang masih menjadi misteri.
Ia mengaku, hanya mengetahui anaknya sakit di bagian kepala dan tidak sempat mengungkapkan apakah terjadi pemukulan atau tidak.
“Kan tidak ada ngomong kalau dia habis dipukul. Saya cuma lihat beberapa hari itu, story kontak WhatsApp temannya begini ‘aku ikhlas dengan kepergianmu. Aku tidak ikhlas dengan cara kematianmu’,” ucapnya menirukan kalimat yang tercantum pada kontak WhatsApp teman R.
Tentu ia masih bertanya-tanya, meski mengaku sudah ikhlas dengan kepergian R karena pertama mengeluh sakit di bagian kepala hingga sempat tak sadarkan diri, dan akhirnya menghembuskan nafas terakhir.
Tetapi, kejanggalan di tubuh anaknya sebelum dimakamkan, membuatnya perlu mengungkap apa sebenarnya terjadi.
Terlebih ditemukan pada R ada memar di bagian badan belakang serta liur berbusa.
“Saya sudah ikhlas. Tapi beberapa hari, kemudian, anak–anak itu ngomong kalau anak saya habis dipukul, jadi waktu itu saya tidak terima lah, karena setahu saya itu, anak saya itu, nggak nakal, nggak senang mengganggu orang,” tukasnya.
Kini, Sartia berharap apa yang telah ia lakukan sejauh ini untuk menemukan keadilan dan fakta dari kematian anaknya, membuat lega semua pihak.
Intuisinya sebagai seorang ibu berkata ada yang tidak beres atas meninggalnya R, terlebih dari apa yang sudah ia alami beberapa waktu belakangan.
Ia menuturkan, mempercayakan kepada pihak kepolisian agar benar–benar bisa membuktikan kejanggalan ini,
“Saya serahkan saja dengan pihak yang berwajib (agar mengusut kejanggalan kematian R),” tandasnya.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/kaltim/foto/bank/originals/20251122_Proses-ekshumasi-atau-penggalian-kubur.jpg)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/kaltim/foto/bank/originals/20251122_TRC-PPA-Kaltim-Damping-Autopsi-Remaja-SMP-Samarinda-Diduga-Dianiaya.jpg)