Uighurs di Antara Jurnalisme dan Hoax

MUSLIM Uighurs menjadi banyak diperbicangkan, dan diposting di media sosial maupun aplikasi WhatApps.

Editor: Sumarsono
TRIBUN KALTIM/RACHMAD SUJONO
Pengamat Literasi Media Sosial Pitoyo memberikan materi tentang dampak media sosial kepada mahasiswa Universitas Balikpapan di Conference Room, Selasa (25/9/2018). 

Sebagaimana biasa, masyarakat masih belum begitu memiliki kepiawaian dalam melakukan verifikasi terhadap media sosial sehingga fotofoto yang beredar di media sosial selalu dianggap sebuah kebenaran.

Namun setelah dilakukan kajian secara seksama, fotofoto yang beredar di media sosial yang mengambarkan seorang wanita yang disiksa, dengan menggunakan aplikasi reverse image toolsdari Google, Yandex, dan Tineye.

Hasilnya menunjukkan bahwa sebagian besar foto yang diklaim sebagai foto penyiksaan di kamp muslim Uighur adalah foto peragaan metode penyiksaan oleh otoritas Cina terhadap pengikut Falun Gong atau Falun Dafa. Bukan fotofoto yang diambil dari kondisi terkini di kamp Xinjiang terhadap warga muslim di Uighur.

Falun Gong adalah salah satu suatu cara melatih diri dengan meditasi dan olah tubuh yang bertujuan untuk mencapai keseimbangan spiritual.

Aliran ini diperkenalkan pada 1992 di Cina oleh Li Hongzhi. Namun, sejak Juli 1999, Falun Gong dilarang karena dianggap mengganggu dan membahayakan masyarakat.(Tempo, 22/12/2019).

Berita hasil investigasi dari media tersebut menjadi tercoreng dengan banyaknya berita berupa foto hoax yang menunggangi hasil investigasi.

Inilah perlunya masyarakat waspada terhadap adanya hoax yang menyesatkan informasi di media sosial yang dengan sengaja membangun emosi untuk tujuan membangkitkan kemarahan umat Islam.(*)

Sumber: Tribun Kaltim
Halaman 4/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

Kaltim Bisa Menggugat!

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved