Target PAD Balikpapan Turun, Realisasi Capaian Hampir 100 Persen
Realisasi target pendapatan asli daerah (PAD) Kota Balikpapan Provinsi Kalimantan Timur, hingga saat ini telah mencapai angka 95 persen
Penulis: Miftah Aulia Anggraini | Editor: Budi Susilo
TRIBUNKALTIM.CO, BALIKPAPAN - Realisasi target pendapatan asli daerah (PAD) Kota Balikpapan Provinsi Kalimantan Timur, hingga saat ini telah mencapai angka 95 persen.
Bahkan pendapatan dari pajak daerah Kota Minyak sudah mencapai 99 persen.
Hal tersebut disampaikan Plt Kepala Badan Pengelola Pajak dan Retribusi Daerah, Haemusri Umar.
"PAD kita sampai saat ini ada pergeseran. Targetnya sekitar Rp 471 miliar,” ujarnya, Selasa (13/10/2020).
Baca Juga: Kepala DP3A Kukar Imbau Orangtua Dampingi Anaknya Saat Bermain Smartphone
Baca Juga: BREAKING NEWS Hari Ini SPSI Berau Demo UU Cipta Kerja, Gelar Audiensi dengan DPRD dan Pemkab
Jika mengikuti persentase tersebut maka capaian PAD Balikpapan berada di angka sekitar Rp 466,29 miliar.
Pergeseran yang dimaksud ialah adanya penurunan target PAD. Yang awalnya sekitar Rp 715 miliar terpaksa turun akibat pandemi.
Penghitungan target ini dengan mempertimbangkan penurunan aktivitas bisnis dan pembatasan-pembatasan di segala sektor.
“Progresnya sekarang untuk pajak daerah 99 persen kemudian retribusi daerah sudah 95 persen kemudian pendapatan lain-lain dan hasil kekayaan itu sekitar 75 persen,” katanya.
Sebab itu, target PAD Kota Balikpapan yang perlu dikejar sampai akhir tahun hanya tersisa Rp 4,71 miliar.
"Saya yakin dengan target Rp 471 miliar itu akhir Desember ini bisa tercapai,” ungkapnya.
Adapun rincian PAD Balikpapan, diantaranya ialah beberapa sektor pajak yang telah mencapai target realisasi 95 persen.
Diantaranya meliputi pajak restoran, reklame, penerangan jalan, air tanah, sarang burung walet dan pajak mineral bukan logam.
Bahkan dari hasil pendataan BPPRD, hingga 30 September 2020, pajak hotel hampir capai 100 persen.
Pun pajak hotel sudah mencapai sekira Rp15,573 miliar, dari target Rp16 miliar.
Sedangkan untuk pajak hiburan justru telah mencapai 100 persen dari target yang ditetapkan sebesar Rp 7,4 miliar.
Balikpapan Puncaki Capaian Investasi
Badan Koordinasi Penanaman Modal ( BKPM ) merevisi target realisasi investasi lantaran capaian realisasi investasi triwulan II-2020 dipastikan turun.
Karena dampak sistemik pandemi Corona atau covid-19. Ini disampaikan Nurul Ichwan selaku Deputi Bidang Perencanaan Penanaman Modal via daring, Selasa (13/10/2020).
Performa Indonesia terhadap realisasi investasi yang ada.
Tentu target pada tahun 2020 sebesar Rp817,2 triliun, sudah direvisi.
Baca Juga: Tahun Ini Pengadilan Negeri Tenggarong Menerima Banyak Perkara Pengajuan Perceraian dari Wanita
Baca Juga: Kecelakaan Maut Daerah Taman Tiga Generasi Balikpapan, 1 Orang Tewas, Diduga Ada yang Tenggak Miras
Baca Juga: Kondisi Fasilitas Umum Dermaga Apung Sambaliung Berau Buruk, Bocor Nyaris Tenggelam di Dasar Sungai
Padahal sebelum pandemi Corona atau covid-19 investasi ditargetkan Rp 886 triliun.
Dari total target setelah pandemi tersebut, realisasi pada triwulan I-2020 sebesar 25,8 persen dengan besaran Rp210,7 triliun.
Lalu pada triwulan II-2020, capaiannya 23,5 persen dengan besaran Rp191,9 triliun.
Jika dijumlah dalam satu semester, realisasi investasi dari target mencapai 49,3 persen atau Rp402,6 triliun.
"Sehingga bisa dikatakan, capaiannya masih on the track karena hampir 50 persen dari target yang ada," ungkapnya.
Baca Juga: UPDATE Virus Corona di Indonesia Hari Ini, 24 Jam Terakhir Tambah 4.007 Kasus Baru Covid-19
Baca Juga: Presiden Jokowi Tekankan Pentingnya Optimisme dan Keseimbangan Hadapi Pandemi Virus Corona
Khusus di Kalimantan Timur, pria berkacamata ini mengungkapkan, realisasi investasi di Bumi Etam dengan total Rp171, 3 triliun.
Sisi PMA masih lebih besar dari PMDN, yakni 50,3 persen dan 49,7 persen.
Dilihat dari rentan waktu 2015 hingga Juni 2020.

Berdasarkan sektor, sektor primer masih mendominasi. Primer disini artinya hal-hal yang terkait dengan sumber daya alam.
Baik itu perkebunan, pertanian, pertambangan, dan perikanan itu 69,8 persen.
Kemudian sektor sekunder yang mencakup industri pengolahan atau manufaktur 13,3 persen, dan tersier 16,9 persen.
Baca Juga: Jadwal Penerapan Sanksi Tidak Pakai Masker di Samarinda, Pelanggar akan Disidang Yustisi
Baca Juga: Masih Zona Orange Covid-19, Jam Malam di Balikpapan Masih Berlaku
Baca Juga: Cara Bikin Tubuh Tetap Bugar Selama WFH Kala Pandemi Corona ala Lembaga Anti Doping Indonesia
"Dalam kurun waktu 2015 hingga Juni 2020 atau semester I 2020, realisasi investasi di Kalimantan Timur sebesar 12,1 persen dari total realisasi investasi di seluruh Indonesia," ujar Nurul Ichwan.
Sementara untuk pembagian daerah investasi pada periode tersebut.
Realisasi tertinggi berada di kota Balikpapan dengan total nilai Rp33,39 triliun.
Disusul Kabupaten Kutai Kartanegara Rp 33,07 triliun.
Baca Juga: Plt Bupati Kukar Chairil Anwar Pimpin Rakor Aparatur, Persiapan Pilkada Kukar Kecamatan Loa Kulu
Baca Juga: Warga Karang Asam Ulu Samarinda Butuh Lampu Penerangan Jalan, Curhatan ke Calon Walikota Andi Harun
Ia juga menjelaskan soal Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP), dan rencana induk pembangunan sektoral (Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional/RIPIN), dari tahun 2020-2024.
Dilihat bahwa sasaran makro-nya dari sisi provinsi Kalimantan Timur, ditargetkan bahwa industri pengolahan harus punya porsi terhadap PDB sekitar 6,2 hingga 6,5 persen.
Ini perlu didukung dengan pembangunan kawasan industri. Kenapa demikian? Karena memang sudah ada aturan menteri perindustrian.
Jika ingin melakukan kegiatan di sektor usaha maupun industri, wajib berada di kawasan industri.
"Kecuali untuk daerah yang belum punya kawasan industri, boleh berlokasi di zona peruntukan industri," urainya.
Di samping itu, tingginya capaian investasi menimbulkan tanda tanya.
Baca Juga: Pembatasan Aktivitas Jam Malam Lantaran Pandemi Covid-19, Begini Tanggapan PHRI Samarinda
Baca Juga: Bangun Ibu Kota Negara, Penajam Paser Utara Strategis, Jadi Bahan Penelitian Universitas Pertahanan
Baca Juga: Kapal Ferry yang Tenggelam di Kutai Timur Ditarik Pemilik Kapal, Satu ABK Masih dalam Pencarian
Dengan nilai yang cukup besar, nyatanya belum memberikan kontribusi untuk pertumbuhan ekonomi.
Nurul Ichwan memandang, hal itu menjadi pekerjaan rumah bersama.
Menurutnya bisa jadi realisasi investasi di Indonesia, bukan realisasi berkualitas yang dapat berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi.
Kemungkinan besar, kegiatan investasi yang masuk ke Tanah Air tidak berorientasi pada ekspor.
Outputnya hanya menyasar market dalam negeri.
Sehingga pendapatan devisa dari sisi ekspor relatif kecil.
"Di beberapa kesempatan, Pak Presiden menyampaikan, sebenarnya untuk perbaikan ekonomi Indonesia, hanya diharapkan dari investasi dan hanya bisa diperbaiki dengan perbaikan capaian investasi," pungkasnya.
(TribunKaltim.co/Miftah Aulia dan Heriani)