Berita Samarinda Terkini
Cerita Savrinadeya Support-Group, Ingin Beri Ruang Aman Bagi Korban Pelecehan Asusila di Samarinda
periode 1 Januari-27 September 2023 tercatat sebanyak 19.593 kasus kekerasan asusila yang terjadi di seluruh Indonesia.
Penulis: Sintya Alfatika Sari | Editor: Mathias Masan Ola
TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA - Belakangan ini kasus kekerasan atau pelecehan asusila marak terjadi di berbagai wilayah Indonesia.
Data yang dihimpun dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen-PPPA), periode 1 Januari-27 September 2023 tercatat sebanyak 19.593 kasus kekerasan asusila yang terjadi di seluruh Indonesia.
Maraknya kasus pelecehan asusila dari tahun ke tahun inilah yang mendorong tiga sekawan yakni Erik Julian, Esty Pratiwi, dan Nelly Agustina membangun komunitas Savrinadeya Support-Group pada Agustus 2022 lalu.
Baca juga: Oknum Guru di Bontang Diduga Berbuat Asusila pada Anak di Bawah Umur Saat Bimbel
Nelly mengaku bahwa sebelum komunitas ini terbentuk, dirinya kerap kali bertemu dengan Erik dan Esty sejak tahun 2020 di berbagai forum diskusi yang membahas tentang kesetaraan gender serta hal yang menyangkut tentang sosial, ekonomi dan politik.
“Dari sanalah kami kerap diskusi dan menganalisa berbagai kasus kekerasan seksual yang viral di media sosial,” ungkap Nelly saat ditemui TribunKaltim (12/10/2023).
Esty menambahkan bahwa diskusi-diskusi yang mereka lakukan bermula pada pertanyaan bagaimana perlindungan untuk korban.
“Paling sering yang viral itu pelakunya, pertanyaannya adalah sudah sejauh mana korbannya dapat perlindungan dan dukungan yang tepat? Atau mengurung dalam kamar dengan rasa traumanya?,” jelas penulis buku Perempuan di Kekang Malam ini.
Semenjak dibentuk, komunitas ini tengah banyak menerima berbagai kasus aduan kekerasan asusila di Kota Samarinda.
Baca juga: Lakukan Tindak Asusila ke Anak di Bawah Umur, Petugas Keamanan Sekolah di Samarinda Ditangkap Polisi
Namun, tiga sekawan ini merasa perlu adanya pembaruan terhadap komunitas agar lebih profesional untuk dapat memberikan pendampingan terhadap korban.
Sehingga mereka sepakat bahwa komunitas ini fokus pada pemulihan serta memberikan ruang aman bagi korban kekerasan asusila.
Dalam upaya membangun ruang aman bagi penyintas, Esty mengungkapkan bahwa mereka tetap memberikan batasan bagi korban untuk menghargai personal korban dengan metode advokasi dan support-group yang tepat.
“Konsepnya tidak rumit, kami membuka ruang untuk berbagi cerita dengan pengalaman empirik agar lebih memahami kondisinya,” tutur Esty.
“Kami memilih nama Savrinadeya yang berarti membela kebajikan, dari bahasa Sansekerta,” ungkap Erik.
Baca juga: Segelintir Kisah Anak yang Menjadi Korban Kasus Asusila di Samarinda
Savrinadeya Support-Group akan membantu para penyintas kekerasan asusila dalam memperjuangkan apa yang menjadi hak korban melalui pemulihan psikologis hingga jalur hukum.
Bahkan, komunitas ini bekerjasama dengan salah satu Psikolog Klinis bernama Rani Meita Pratiwi Subagyono. Sosok Rani juga aktif terlibat langsung dalam pendampingan kasus-kasus yang ditangani dan juga berperan sebagai fasilitator di setiap agenda support-group yang kita adakan.
“Juga sebelumnya kita kesulitan mencari psikolog yang berperspektif dan berpihak pada korban. Sampai saat ini kami sedang mencari lembaga bantuan hukum yang tepat,” jelas Erik.
Setahun berjalan, Savrinadeya Support-Group telah menangani sebanyak 30 kasus kekerasan asusila yang didominasi oleh perempuan dan mahasiswa.
“Bahkan saat ini kami juga tengah fokus menangani kasus kekerasan asusila dan kami menjamin semua data korban aman dan tidak akan disebarluaskan kemanapun,” ungkap Nelly.
Baca juga: Kasus Kejahatan Asusila pada Anak di Samarinda Cenderung Meningkat
Menurut mereka, kasus kekerasan asusila tidak perlu harus diviralkan di berbagai platform media sosial. Sebab hal tersebut dapat berpengaruh bagi kesejahteraan dan kondisi korban.
Mereka memandang bahwa banyak kasus kekerasan asusila yang viral akhirnya menjadi bumerang dan memicu kriminalisasi terhadap korban.
“Karena kondisi korban inilah yang paling penting. Paling penting korban harus siap agar sama-sama berjuang untuk keadilan,” ujar Nelly.
“Tapi kami akan berfokus pada kondisi dan konsensual korban,” tambah Erik.
Tujuan utama terbentuknya Savrinadeya Support-Group adalah ruang aman bagi korban.
Baca juga: Hakim Vonis Terpidana Asusila di Buol dengan Hukuman Kebiri Kelamin dan Penjara 16 Tahun
Kendati demikian, tiga sekawan ini akan memastikan keamanan bagi siapapun untuk memperjuangkan hidupnya.
“Harapannya, semua yang datang harus dipandang sebagai manusia utuh yang selalu mempunyai harapan untuk terus maju,” tutup Esty.
“Ruang aman untuk seluruhnya!,” kompak tiga sekawan di Ketitik Kopi, Jalan Kartini Samarinda.
Untuk memaksimalkan pengaduan Savrinadeya Support-Group juga membuka pengaduan melalui Google Form yang bisa diakses melalui akun instagram @savrinadeya_supportgroup dan via Whatsapp di 0813-4939-8831. (*)
Harga Telur di Samarinda Naik Tipis, Kini Rp2.200 per Biji di Pasar Merdeka |
![]() |
---|
Atasi Timbunan Sampah, Samarinda Ulu Wajibkan Warga Buang Sampah Malam Hari |
![]() |
---|
Pelaku Usaha di Samarinda Tolak Rencana BNN Larang Vape, Minta Fokus Awasi Liquid Ilegal |
![]() |
---|
DPPKB Samarinda Rencana Gandeng PDAM Tirta Kencana Atasi Sanitasi Buruk |
![]() |
---|
Pemkot Samarinda dan PLN Berkomitmen Turunkan Stunting hingga 18,8 Persen Tahun 2030 |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.