Berita Kukar Terkini

Imam Pranawa Utama Desainer Puluhan Motif Khas Kutai, Karyanya Pernah Dipakai Menteri Sandiaga Uno

Imam Pranawa Utama Desainer Puluhan Motif Khas Kutai, Karyanya Pernah Dipakai Menteri Sandiaga Uno

Penulis: Miftah Aulia Anggraini | Editor: Mathias Masan Ola
TRIBUNKALTIM.CO/MIFTAH AULIA ANGGRAINI
Imam Pranawa Utama, 58 tahun mengenakan atasan batik berwana biru dan bawahan jens hitam, siang itu. Ia, menjelaskan satu persatu kain batik yang tersusun rapi di lemari rumah. 

Ternyata desain pakaian buatan Imam, menarik sekaligus diapresiasi pihak media massa. Ia segera diminta mengirim secara rutin desain pakaian miliknya.

“Setelah itu saya dibayar dua puluh ribu rupiah. Untuk empat gambar desain yang dikirim ke koran setiap bulan,” kata pria kelahiran Surakarta, 25 November 1964 ini.

Semenjak saat itu, Imam yang dinilai cakap membuat desain pakaian mulai terkenal serta kebanjiran pesanan mendesain batik untuk teman-teman dekat di Tenggarong.

Hingga sampai menerima tawaran dari pemerintah dan universitas di Kukar. Untuk membuat sejumlah konsep pakaian dan menampilkannya pada peragaan busana di Tenggarong, rutin setiap tahun.

Imam lalu terus mengasah kemampuan. Mendesain batik sembari bekerja sebagai PNS. Hingga pada 2010, ia memiliki ide untuk lebih fokus mendesain motif batik bertema kearifan lokal. Dimulai flora, fauna, dan ciri khas budaya Kutai.

 

“Motif batik lokal saya ciptakan karena belum ada desainer Kukar yang membuat,” tuturnya.

Hingga sekarang kata, Imam, sudah ada 20 motif batik ciptaannya nan enam motif batik di antaranya sudah memiliki hak paten. Yakni bunga paku raja, pakis, kembang janggut, kue cincin, buah lai, dan motif pakaian miskat.

Awalnya semua karya batik itu tidak akan dijualbelikan secara bebas. Tetapi hanya ia jual untuk kalangan tertentu. Namun minat masyarakat yang tinggi untuk memiliki batik buatan Imam, membuatnya mulai menjual batik secara komersil sejak lima tahun lalu.

“Sudah ada lima dinas di Kukar yang menggunakan batik saya,” tandas pria yang juga akrab disapa Imam Mardioto, itu.

Sementara batik yang dijual memiliki harga bervariasi. Mulai batik metode cap ditawarkan seharga Rp 250 ribu hingga Rp 350 ribu. Sedangkan batik tulis tangan, berharga Rp 700 ribu hingga Rp 1 juta. Tergantung tingkat kerumitan desain. Tercatat oleh Imam, kurang lebih 7.000 lembar batik sudah terjual, selama lima tahun belakangan.

 

Pria yang telah memasuki masa pensiun pada akhir 2022 lalu itu juga memiliki banyak prestasi di tingkat lokal hingga nasional. Setidaknya ada 20 penghargaan diterima Imam atas karya batiknya.

Termasuk mengikuti fashion show ternama dan kerap berkeliling di sejumlah daerah tanah air. Sebagai promosi memperkenalkan batik asal Kukar.

Fashion show bergengsi tahunan yang mengumpulkan desainer kawakan tanah air juga telah diikuti. Seperti Yogyakarta fashion week, Yogyakarta fashion carnaval, Palu fashion week, dan terakhir Jakarta fashion show pada 2022 lalu.

Halaman
123
Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved