Tribun Kaltim Hari Ini
Ekonom Unmul 'Kaget' Tiba-tiba Bulog Punya Beras 20 Ton, Rakyat Menjerit Selama Ini Simpan di Mana?
Harga beras di pasaran melonjak hingga Rp 19 ribu/kG membuat masyarakat menjerit. Di tengah lonjakan itu Presiden Jokowi berkunjung ke Samarinda.
Penulis: Martinus Wikan | Editor: Mathias Masan Ola
TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA - Harga beras di pasaran melonjak hingga Rp 19 ribu/kG membuat masyarakat menjerit. Di tengah lonjakan itu Presiden Jokowi berkunjung ke Samarinda.
Di hari yang sama tepatnya, Rabu (28/2/2024) saat kunjungan Presiden, tiba-tiba Dinas Perdagangan Kota Samarinda siap dengan operasi pasarnya. Beras program stabilisasi pasokan dan harga pangan (SPHP) dari Bulog tercatat 20 ton ludes terjual dalam hitungan jam di Lapangan Segiri, Samarinda, pada hari dimana Jokowi hadir di Ibu Kota Provinsi Kaltim.
Beras yang dikucurkan berjenis medium ini dipasarkan dengan harga Rp 10.250 per kilogram. Kadisdag Samarinda, Marnabas Patiroy mengatakan bahwa operasi pasar beras murah ini merupakan kali kelima yang dilakukannya.
Baca juga: Kendalikan Harga Pangan, Dinas Perdagangan Penajam Bakal Gelar Operasi Pasar Jelang Ramadhan
"Pertama kemarin di Harapan Baru, kedua di Merdeka, kemudian di Sungai Dama, disusul di Lempake dan hari ini di Pasar Segiri," sebutnya.
Marnabas mengatakan bahwa operasi pasar murah ini merupakan bentuk tindaklanjut Disdag Samarinda terkait adanya gejolak harga beras yang disebabkan gagal panen dari pulau Jawa.
Sedangkan kebutuhan beras di Kota Samarinda masih banyak bergantung dari luar daerah, termasuk pulau Jawa. "Adanya kabar kenaikan beras karena El Nino, tapi kita gak masalah karena stok aman. InsyaAllah kita aman dan kita bergerak terus," pungkasnya.
Senada dengan bawahannya, Mendag RI Zulkifli Hassan sempat ditemui saat di Bigmall Samarinda mendampingi Presiden Jokowi. Ia menegaskan bahwa musim tanam berpindah karena dampak El Nino.
Disebutkan, bulan Januari petani baru panen dan membuat beras lokal mengalami kenaikan. Masyarakat diminta beralih ke beras Bulog, dan diyakinkan sama kualitasnya dengan beras premium hasil produksi petani lokal.
Baca juga: DPRD Sarankan Pemkot Balikpapan Gelar Operasi Pasar Buntut Harga Beras Meroket
"Beras itu memang musim tanamnya el nino pindah, Januari (harusnya) panen, ini baru tanam. Jadi kalau minta beras lokal, pasti harganya naik, karena barangnya belum ada, nggak banyak. Makanya pemerintah menyediakan beras bulog, ada beras komersial, silahkan (masyarakat) cari alternatif, berasnya enak dan bagus kok," tukas Zulhas, sapaan akrabnya saat di Samarinda.
Ekonom sekaligus akademisi Universitas Mulawarman (Unmul) Purwadi Purwoharsojo tak ingin berspekulasi, tetapi melihat fakta di lapangan yang ada, ia menilai ada kejanggalan terkait lonjakan harga beras di beberapa daerah termasuk Kaltim.
"Lagu lama, penyakit lama hal-hal seperti ini, harga sembako mahal, tetapi dalam waktu lama akhirnya bisa picu inflasi dari sektor pangan. Tetapi tiba-tiba 20 ton beras premium siap dijual dengan harga Rp 10.250/kg (kemasan 5 kg seharga Rp. 51.250). Kok tiba-tiba bulog punya beras 20 ton? Selama ini kemana disimpan itu beras?," kata Purwadi.
Beras yang tiba-tiba saja ada dan disediakan pemerintah di tengah kunker Presiden Jokowi membuatnya heran. Selama ini disimpan dimana beras yang seharusnya memang diperuntukkan masyarakat yang membutuhkan.
"Siapa yang pegang itu barang (beras)?, ini yang sering saya bilang dalam banyak diskusi, kerja pemerintah seperti kerja pemadam kebakaran, ada api baru datang semprot-semprot, dengan istilah pasar murah, operasi pasar atau toko murah, pemerintah cuma ganti kulit doang," kritik Purwadi.
Baca juga: Presiden Jokowi di Samarinda, Ada Persiapan Operasi Pasar, Ekonom Kritik Komoditi Beras Mahal
Beras 20 ton yang ludes dalam operasi pasar di Samarinda Rabu 28 Februari 2024 lalu dinilainya tak masuk akal. Sebab penduduk Kota Samarinda saja tak sampai jutaan, apalagi dibandingkan dengan penduduk Kaltim yang hanya 3,8 juta.
Menurut Pur, ini bukan lagi fenomena panik buying, dan menduga ada yang bermain di belakang layar. "Ini hanya Samarinda saja 20 Ton habis sekian jam, ada yang aneh, bisa dicek itu kupon yang dibagi oleh Dinas Perdagangan yang punya acara. Apakah berani buka-bukaan?
Menurut saya sih punic buying kok sangat parah. Harus ditelusuri Dinas Perdagangannya, jangan-jangan ada pedagang beras nyamar jadi rakyat ikut antre trus beras murah di jual mahal lewat toko-toko mereka (ulah penimbun harus diwaspadai)," bebernya.
Bulog juga perlu dilakukan cek ulang, apakah beras impor atau beras petani yang dipakai untuk operasi pasar. Kalau memang beras impor, maka yang sejahtera adalah petani negara lain, tetapi jika beras petani lokal maka yang sejahtera pasti petani di negeri sendiri.
"Ini penting, menurut saya untuk publik tahu karena impor beras kita memang sudah ngos-ngosan. Setelah saya pikir dan coba alur logika saya, jangan-jangan operasi kemarin ada kaitannya karena presiden mau berkunjung ke Samarinda meresmikan terminal bus itu," tukas Pur, sapaan akrabnya.
Baca juga: Pj Gubernur dan Sekda Harap Kabupaten/Kota di Kaltim Aktivasi Toko Penyeimbang dan Operasi Pasar
Sebenarnya banyak yang aneh dan janggal persoalan terkait beras ini, kata Pur. Belum lagi jika dikaitkan dengan beras bansos (bantuan sosial) sebelum berlangsungnya Pilpres lalu. Beras tiba-tiba mahal ugal-ugalan setelah pilpres, bahkan diprediksi bisa mencapai lebaran tahun ini.
Jika sampai lebaran, maka efek domino dari kenaikan beras bisa kemana–mana termasuk, inflasinya. Belum lagi jika bicara tentang ulah penimbun dan mafia impor yang menambah seperti lingkaran setan.
"Soal perberasan di negeri ini sudah jadi komoditi ekonomi plus komoditi politik, ibarat kata sekali pukul kena dua sasaran, lagi-lagi rakyat Indonesia selama ini seperti cuma jadi obyek saja atas hal-hal ini," tegas Pur.
"El nino juga menurut Pur, sudah lama jadi kambing hitam, satu gaya pemerintah selama ini ya seperti cari kambing hitam dn dalih pembenaran, tapi impor tambah deras dan harga beras kian ganas," sambungnya.
Tak hanya pemerintah pusat, Pur juga mengkritisi kebijakan pangan Pemprov Kaltim mulai zaman Gubernur Awang Faroek Ishak, Isran Noor. Hingga Pj Gubernur Akmal Malik yang kini menjabat.
Baca juga: 20 Ton Beras Ludes dalam Hitungan Jam saat Operasi Pasar yang Digelar Disdag Samarinda
Agak lucu, kata Pur melihat komentar Pj Gubernur Kaltim tentang beras mahal, dimana masyarakat diminta ganti dan beralih saja makan singkong kalau beras mahal. "Kan harusnya segera wujudkan deh janji nya Pemprov Kaltim tentang food estate, tentang kaltim berdaulat pangan, mana?," ujarnya.
Ekonomi masyarakat dinilai Pur belum sepenuhnya tumbuh dan pulih pasca Covid-19. Daya beli masyarakat sudah turun hingga 30 persen, rakyat sudah makan uang tabungannya sendiri. "Jika mereka punya tabungan ya, kalau tidak punya tabungan dan mengganggur apa jadinya?," tandas Pur. (uws)
Ikuti Saluran WhatsApp Tribun Kaltim dan Google News Tribun Kaltim untuk pembaruan lebih lanjut tentang berita populer lainnya
Sabu 1 Kg Diselipkan dalam Baju, Residivis Narkoba Dibekuk Saat Tiba di Bandara SAMS Balikpapan |
![]() |
---|
Bursa Calon Menko Polkam: Sjafrie Sjamsoeddin, Hadi Tjahjanto, dan Tito Karnavian jadi Sorotan |
![]() |
---|
Donna Faroek Terjerat Suap Tambang, KPK Tahan Putri Eks Gubernur Kaltim Terkait Pemberian IUP |
![]() |
---|
BEM UI Minta Purbaya Dicopot, Baru Sehari Menjabat Menkeu Didemo Mahasiswa |
![]() |
---|
Presiden Prabowo Rombak Kabinet Merah Putih, Sri Mulyani Lengser IHSG Langsung Anjlok |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.