Berita Kutim Terkini

Komunitas Sampul Kutim Sulap Rumah Warga jadi Sekolah Darurat, Tampung 60 Anak di Desa Singa Gembara

Sebanyak 23 dari 60 anak sedari pagi telah memenuhi ruangan yang disebut aula dadakan di tengah kebun karet, milik salah satu warga Kawasan Batota

Penulis: Nurila Firdaus | Editor: Samir Paturusi
TRIBUNKALTIM.CO/NURILA FIRDAUS
SEKOLAH DARURAT -  Sekolah Darurat garapan Komunitas Sampul Kutim di Kawasan Batota, Jalan Poros Sangatta - Bengalon, Minggu (6/7/2025). Sebanyak 23 dari 60 anak sedari pagi telah memenuhi ruangan yang disebut aula dadakan di tengah kebun karet, milik salah satu warga Kawasan Batota RT 29 Desa Singa Gembara, Kecamatan Sangatta Utara, Kabupaten Kutai Timur. (TRIBUNKALTIM.CO/NURILA FIRDAUS) 

TRIBUNKALTIM.CO,SANGATTA - Sebanyak 23 dari 60 anak sedari pagi telah memenuhi ruangan yang disebut aula dadakan di tengah kebun karet, milik salah satu warga Kawasan Batota RT 29 Desa Singa Gembara, Kecamatan Sangatta Utara, Kabupaten Kutai Timur.

Mereka membentuk lingkaran bersama kakak-kakak dari Komunitas Sampul Kutim, Pancaya hingga Tunas Berdaya di dalam pendopo itu.

Sejak pukul 10.00 Wita, anak-anak yang berusia kisaran 7 hingga 14 tahun antusias mengikuti agenda pembelajaran yang menyenangkan di Sekolah Darurat garapan Sampul Kutim.

"Sekolah Darurat ini kami gelar yang ke-3 kalinya, karena terbatas sumber daya manusia (SDM) dan biaya, maka Sampul Mengajar juga tidak bisa dilakukan secara rutin," ujar Founder Sampul Kutim, Rachmad Taufiqih, Minggu (6/7/2025).

Siapa sangka, keberadaan Sekolah Darurat menjadi harapan anak-anak yang putus sekolah untuk kembali mengingat kisahnya di bangku sekolah.

Baca juga: Karst Sangkulirang Mangkalihat Kutim Diduga Terdampak Pabrik Semen, Kemenbud Bakal Tinjau Langsung

Berdasarkan riset dari Rachmad dan teman-temannya, ternyata di Kawasan Batota, dekat dengan tempat pembuangan akhir (TPA) Sangatta itu masih banyak anak-anak yang tidak melanjutkan sekolahnya.

"Disana ada 30an kepala keluarga (KK) yang paling tidak setiap KK ada 2 anak ternyata putus sekolah, padahal ini masih wilayah Sangatta Utara," imbuhnya.

Alasannya klasik, soal ekonomi, orang tua yang tak mampu membeli kendaraan pribadi sebagai transportasi antar jemput anak. Pasalnya jarak sekolah dasar (SD) maupun SMP bahkan SMA cukup jauh, memaksa mereka harus diantar oleh orang tuanya.

Paling dekat, SD N 008 Sangatta Utara, yang berada di Kawasan Batu Putih, Desa Swarga Bara, Kabupaten Kutai Timur. Sedangkan SMP dan SMA harus ke Kota Sangatta.

Jarak tempuh dari Kawasan Batota menuju SDN 008 Sangatta Utara memerlukan waktu sekitar 20 menit melalui Jalan Poros Sangatta - Bengalon awal.

Sehingga dari Sampul Kutim memprogramkan Sampul Mengajar di Sekolah Darurat, tak lain tujuannya untuk mengembalikan marwah belajar pada anak-anak.

Baca juga: Pemkab Kutim Buka Beasiswa Bagi Pelajar Jenjang SMA se-Derajat, Ini Kategori Penerimanya

"Output kami tidak hanya mengajar, mengajar, mengajar, melainkan saat anak sudah mampu, maka akan kami usulkan mengikuti sekolah paket untuk mendapatkan ijazahnya," terangnya. (*)

 

 

Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved