Breaking News

Berita Samarinda Terkini

Komunitas Sumbu Tengah Samarinda Bahas Amparan Tatak Warisan Budaya Nasional

Keberadaan amparan tatak sebagai kuliner tradisional khas Kota Samarinda kian berkurang

Penulis: Nevrianto | Editor: Samir Paturusi
TRIBUNKALTIM.CO/NEVRIANTO HARDI PRASETYO
BAHAS AMPARAN TATAK-Pembicara dari lintas generasi membahas kuliner amparan tatak berlangsung antusias, di Ruang Mancong Lantai 2 Hotel Mesra Samarinda Kalimantan Timur Selasa (18/11/2025). Dialog juga diselingi kegiatan menyantap atau mukbang bareng amparan tatak khas Samarinda. (Tribun Kaltim.co/Nevrianto Hardi Prasetyo) 

TRIBUNKALTM.CO,SAMARUNDA - Keberadaan amparan tatak sebagai kuliner tradisional khas Kota Samarinda kian berkurang.

Untuk penyelamatan dan pelestariannya, Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia pada 10 Oktober 2025 telah menetapkan amparan tatak sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia.

Guna menyebarluaskan pengetahuan tentang amparan tatak kepada publik, Sumbu Tengah berkolaborasi dengan Wakil Gubernur Kalimantan Timur Seno Aji dan Wakil Walikota Samarinda Saefuddin Zuhri, menggelar diskusi interaktif dan mukbang atau makan bersama amparan tatak di Ruang Mancong lantai 2 Hotel Mesra Samarinda pada Selasa (18/11/2025).

Founder Sumbu Tengah, Rusdianto memandu forum bersama sembilan pembicara dari generasi X, Y, hingga Z, yaitu Ketua Forum CSR Kaltim Yusan Triananda, Ketua PPJI Kaltim Fitriyana Zoelkifli, food vlogger Rifky Al Faris, food vlogger Alya Ramadhani, food vlogger Dyaz Shinta Emelia, content creator Intan Nabila, sejarawan publik Muhammad Sarip, dan maestro amparan tatak Khairunnisa alias Icha yang mewakili Maskota.

Baca juga: Kisah Kue Amparan Tatak dari Banjar ke Samarinda hingga Jadi Warisan Budaya Takbenda Indonesia

Wakil Walikota Samarinda Saefuddin Zuhri memulai acara dengan bernostalgia seputar pengalaman kuliner tradisional di Samarinda.

“Saya mengimbau agar amparan tatak terus diproduksi tanpa bahan kimia berbahaya supaya kesehatan warga tetap terjaga serta didorong pengembangan varian kreatif agar lebih diminati masyarakat luas. Upaya ini diharapkan dapat memperkuat posisinya sebagai identitas kuliner khas Samarinda,” tutur Wawali.

Yusan Triananda yang juga CEO Hotel Mesra berpendapat, mengingat amparan tatak dari jenis kue basah yang harus selalu fresh, kue ini bisa disajikan di hotel melalui sistem kerja sama dengan UMKM pembuat amparan tatak.

Cara lain dalam mengenalkan amparan tatak kepada generasi muda disampaikan oleh Fitriyana yang juga seorang chef.

Menurutnya, di hari terakhir sekolah tiap pekan ada peluang amparan tatak disajikan sebagai menu MBG.

“Tapi tentu saja proses pemasakan dan tempat masaknya harus mengacu pada standar yang berlaku,” kata Ketua Perkumpulan Perusahaan Jasaboga Indonesia Kaltim tersebut.

Sementara itu, Rifky Al Faris yang mengelola media sosial @abisditelen mengaku sebagai orang yang tidak menyukai makanan benyek seperti bubur, awalnya ia skeptis dengan amparan tatak.

“Kali pertama melihat amparan tatak, tadinya aku pikir itu teksturnya akan benyek juga. Tapi ketika aku menyicipnya, dari atas santannya terasa gurih. Terus masuk ke bawah nggak terlalu manis, di mulut terasa balance. Kemudian ada pisang dengan aroma yang beda, yaitu pisang talas,” tutur Rifky.

Gen Z Rifky yang belum lama tinggal di Samarinda itu menambahkan, dengan rasanya yang lumer, amparan tatak layak masuk restoran atau coffee shop.

“Amparan tatak cocok banget disantap bareng kopi atau teh,” tutur Rifky.

Pengalaman unik dengan amparan tatak diungkapkan oleh Alya Ramadhani gen Z pengelola media sosial @acilsmr.

Sumber: Tribun Kaltim
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved