Berita Samarinda Terkini

Komunitas Sumbu Tengah Samarinda Bahas Amparan Tatak Warisan Budaya Nasional

Keberadaan amparan tatak sebagai kuliner tradisional khas Kota Samarinda kian berkurang

Penulis: Nevrianto | Editor: Samir Paturusi
TRIBUNKALTIM.CO/NEVRIANTO HARDI PRASETYO
BAHAS AMPARAN TATAK-Pembicara dari lintas generasi membahas kuliner amparan tatak berlangsung antusias, di Ruang Mancong Lantai 2 Hotel Mesra Samarinda Kalimantan Timur Selasa (18/11/2025). Dialog juga diselingi kegiatan menyantap atau mukbang bareng amparan tatak khas Samarinda. (Tribun Kaltim.co/Nevrianto Hardi Prasetyo) 

“Di keluarga saya kalau mengadakan selamatan, biasanya makanan yang dihidangkan adalah amparan tatak. Sebagai warga Samarinda Seberang, saya juga mengetahui kuliner tradisonal buatan Maskota yang terkenal nyaman banar,” ungkap mahasiswa FISIP Universitas Mulawarman itu.

Lain lagi dengan Dyaz Shinta Emelia, gen Z dari Yogyakarta yang tinggal di Samarinda sejak 2017.

“First impression saya dengan amparan tatak ini istilahnya kayak ngamparan tatak banget, teksturnya lembut, rasanya gurih, dan pisangnya nggak lepas dari adonan,” ujar pengelola media sosial @mainmakan.id itu.

Pengalaman berbeda diungkapkan Intan Nabila, influencer yang sebagian kontennya tentang tips penulisan. Kali pertama dia menyantap amparan tatak pada bulan Ramadan, menurutnya tak enak.

“Yang saya makan kali pertama itu pisangnya terlepas dari adonan. Warnanya agak kebiruan, bukan bening putih. Lalu saya bertemu dengan Bang Sarip dan dikasih tahu bahwa yang nggak enak itu bukan standar amparan tatak dan biasanya harganya pun murah. Jadi, ketika hari ini nyicip amparan tatak buatan maestro, rasanya sangat enak dan legit,” kata mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya Unmul tersebut.

Pada giliran terakhir, sejarawan Muhammad Sarip menjelaskan alasan mengapa amparan tatak sampai ditetapkan sebagai warisan budaya nasional dari Samarinda dan bukan dari Kalimantan Selatan.

“Sebenarnya dalam waktu bersamaan Kalimantan Selatan juga mengusulkan amparan tatak. Tapi usulan dari Kalimantan Timur yang lolos verifikasi karena lebih lengkap referensinya. Pemerintah Kalsel pun akhirnya turut mendukung usulan WBTb amparan tatak dari Kaltim,” ungkap penulis buku Historipedia Kalimantan Timur bersama Nanda Puspita Sheilla.

Baca juga: Amparan Tatak asal Samarinda Jadi Warisan Budaya Takbenda Indonesia 2025

Selain diskusi dan mukbang, forum SUMBU TENGAH Edisi 8 ini juga diisi dengan workshop kilat cara membuat amparan tatak oleh Icha, yang juga menyajikan langsung kue talam ini kepada audiens dari mahasiswa Polnes, siswa SMA Bunga Bangsa, TWAP Samarinda, perwakilan Disdikbud dan instansi lainnya, TACB Samarinda, komunitas literasi, petani, serta ormas Laung Kuning Banjar.

Rusdianto menjelaskan, gagasan Sumbu Tengah berangkat dari percakapan bebas di ruang privat seperti chat, warung kopi, kantin sekolah hingga perpustakaan, yang kemudian diangkat menjadi dialog publik yang lebih luas dan bermakna.

Adapun Wagub yang semula dijadwalkan hadir dengan persiapan matang dari staf protokoler dan kehadiran beberapa kepala dinas di venue, mendadak berhalangan hadir karena adanya agenda mendesak. (*)

 

 

Sumber: Tribun Kaltim
Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved