Berita Nasional Terkini
Bahas Film Dirty Vote, Hasto Tak Menyangka Jokowi Berubah Seperti Itu, Bongkar yang Dialami PDIP
Bahas Film Dirty Vote, Hasto Kristiyanto tak menyangka Jokowi berubah seperti itu, bongkar yang dialami PDIP
TRIBUNKALTIM.CO - Film Dirty Vote sedang jadi perbincangan.
Film ini menceritakan bagaimana kecurangan pemilu dirancang.
Sekjend PDIP Hasto Kristiyanto pun merespon film besutan Dandhy Laksono tersebut.
Melalui film ini, Hasto mengaku tak menyangka Presiden Jokowi sudah berubah sejauh itu.
Hasto Kristiyanto mengatakan, bahwa Film Dirty Vote yang sedang ramai diperbincangkan saat ini menyuarakan kebenaran dinamika politik di lapangan.
Baca juga: Siapa Pemenang Pilpres 2024? Cek di Quick Count atau Hitung Cepat dari 11 Lembaga Survei Ini
Dia menilai, film ini merupakan kritik terhadap Presiden dan penyelenggara pemilu dengan harapan agar Pemilu demokratis dan jurdil dapat diwujudkan.
“Film ini mampu mengungkapkan berbagai kecurangan Pemilu yang dilakukan secara masif.
Bahkan campur tangan kekuasaan istana sangat kental terasa," kata Hasto kepada wartawan, Senin (12/2/2024).
Diketahui, dari film tersebut nampak kuatnya rekayasa pemilu yang diawali dengan manipulasi hukum di Mahmakah Konstitusi (MK), keberpihakan penguasa istana terhadap Prabowo-Gibran melalui penunjukkan PJ Kepala daerah yang ditempatkan sebagai hak prerogatif presiden.
Serta, melupakan proses yang seharusnya demokratis; tekanan terhadap kepala daerah, kepala dinas, kepala desa.
Hingga kelompok demokrasi oleh oknum TNI/POLRI yang seharusnya bertindak netral hingga penyalahgunaan anggaran negara melalui bansos.
Hasto pun menduga, desain kecurangan Pemilu pendeknya dilakukan dari hulu-hilir.
“Berbagai fakta yang diuangkapkan dalam film Dirty Vote mewakili berbagai tekanan yang dialami Ganjar-Mahfud dan PDI Perjuangan.
Dalam pertimbangan akal sehat, nurani, dan moral, kami sungguh tidak menyangka Pak Jokowi sudah berubah seperti itu.
Menempatkan kekuasaan di atas segalanya," ungkap Sekretaris TPN ini.
"Berbagai rekayasa kecurangan tersebut sangat merugikan Ganjar-Mahfud," sambungnya.
Politisi asal Yogyakarta ini meyakini bahwa PDI Perjuangan percaya, bahwa Pemilu itu mengandung kesakralan karena suara rakyat adalah suara Tuhan.
“Pemilu secara otomatis akan berjalan damai apabila kecurangan sirna.
Karena itulah bagi siapapun yang melakukan manipulasi Pemilu, dan mengerahkan seluruh elemen kekuasaan untuk kecurangan masif, akan berhadapan dengan kekuatan rakyat.
Satyam Eva Jayate (Kebenaran Pasti Menang)," pungkas Hasto.
Baca juga: Cek Nama Anda Terdaftar di TPS, Login ke cekdptonline.kpu.go.id, Bisa Nyoblos Tanpa Surat Undangan
Alasan Dirilis di Masa Tenang
Diketahui, Koalisi Masyarakt Sipil baru saja merilis film dokumenter Dirty Vote.
Sutradara Dandhy Laksono mengungkap alasan film ini dirilis dimasa tenang pemilu.
Dirty Vote diketahui tayang mengambil momentum 11.11, yaitu tanggal 11 Februari bertepatan hari pertama masa tenang pemilu dan akan disiarkan pukul 11.00 WIB di kanal Youtube.
Ia menyebut, karya besutannya akan menjadi tontonan yang reflektif di masa tenang pemilu.
Diharapkan di tiga hari krusial menuju hari H pencoblosan, film ini memberikan edukasi kepada publik melalui ruang dan forum diskusi yang digelar.
"Ada saatnya kita menjadi pendukung capres-cawapres.
Tapi hari ini, saya ingin mengajak setiap orang untuk menonton film ini sebagai warga negara," ungkapnya dalam keterangan tertulis yang diterima, Senin (12/2).
Dandhy mengungkap, berbeda dengan film-film dokumenter sebelumnya di bawah bendera WatchDoc dan Ekspedisi Indonesia Baru, Dirty Vote lahir dari kolaborasi lintas CSO.
Ketua Umum SIEJ sekaligus produser, Joni Aswira mengatakan, dokumenter ini sesungguhnya juga memfilmkan hasil riset kecurangan pemilu yang selama ini dikerjakan koalisi masyarakat sipil.
Biaya produksinya dihimpun melalui crowd funding, sumbangan individu dan lembaga.
“Biayanya patungan. Selain itu Dirty Vote juga digarap dalam waktu yang pendek sekali sekitar dua minggu, mulai dari proses riset, produksi, penyuntingan, hingga rilis.
Baca juga: Terjawab Sudah Siapa Connie Bakrie Sebenarnya, Bongkar Prabowo akan Digantikan Gibran Dalam 2 Tahun
Bahkan lebih singkat dari penggarapan End Game KPK (2021),” kata Joni.
20 lembaga lain yang terlibat kolaborasi dalam film ini ialah: Aliansi Jurnalis Independen (AJI), Bangsa Mahardika, Ekspedisi Indonesia Baru, Ekuatorial, Fraksi Rakyat Indonesia, Greenpeace Indonesia, Indonesia Corruption Watch, Jatam, Jeda Untuk Iklim, KBR, LBH Pers, Lokataru, Perludem, Salam 4 Jari, Satya Bumi, Themis Indonesia, Walhi, Yayasan Dewi Keadilan, Yayasan Kurawal, dan YLBHI.
Film ini dibintangi oleh Zainal Arifin Mochtar, Bivitri Susanti, dan Feri Amsari.
Dalam film ini ketiganya mencoba mengulik sejumlah instrumen kekuasaan yang digunakan untuk memenangkan pemilu sekalipun menabrak tatanan demokrasi.
Koalisi masyarakat sipil mengatakan, penjelasan ketiga ahli hukum ini berpijak atas sejumlah fakta dan data.
Bentuk-bentuk kecurangannya diurai dengan analisa hukum tata negara.
Pesan yang Ingin Diungkap Bivitri dan Feri Amsari dalam Dirty Vote
Film dokumenter Dirty Vote yang baru saja dirilis menjadi perbincangan di lini masa hingga memicu perdebatan disejumlah pihak.
Lalu pesan apa yang ingin diangkat dalam film di masa tenang pemilu ini?
Pakar hukum tata negara Bivitri Susanti menyebut, film dokumenter Dirty Vote menjadi rekaman sejarah tentang rusaknya demokrasi Indonesia saat ini.
"Kekuasaan disalahgunakan terbuka oleh orang-orang yang dipilih melalui demokrasi itu sendiri," kata dia, dalam keterangan tertulis yang diterima, Senin (12/2).
Dalam karya besutan Dandhy Laksono ini ada dua pesan yang ingin diangkat.
Baca juga: Tak Terdaftar di DPT, Apakah Bisa Tetap Nyoblos ke TPS? Simak Ketentuan KPU pada Pemilu 2024
Pertama, tentang demokrasi yang tak bisa dimaknai sebatas terlaksananya pemilu, tapi bagaimana proses pemilu berlangsung, apakah keseluruhan proses pemilu dilaksanakan dengan adil dan sesuai nilai-nilai konstitusi.
Kedua, tentang kekuasaan yang disalahgunakan karena nepotisme yang haram hukumnya dalam negara hukum yang demokratis.
"Sikap publik menjadi penting dalam sejarah ini. Apakah praktik lancung ini akan didiamkan sehingga demokrasi yang berorientasi kekuasaan belaka akan menjadi normal yang baru?," ujar Bivitri.
Baginya, semua orang berhak bersuara lantang dan bertindak agar republik ini terus hidup dan bertumbuh.
"Pilihan Anda menentukan,” ucap dia.
Pesan yang sama disampaikan oleh Feri Amsari. Menurutnya, esensi pemilu adalah rasa cinta tanah air, sehingga membiarkan kecurangan merusak pemilu sama saja merusak bangsa ini.
“Dan rezim yang kami ulas dalam film ini lupa bahwa kekuasaan itu ada batasnya. Tidak pernah ada kekuasaan yang abadi. Sebaik-baiknya kekuasaan adalah, meski masa berkuasa pendek, tapi bekerja demi rakyat. Seburuk-buruknya kekuasaan adalah yang hanya memikirkan diri dan keluarganya dengan memperpanjang kuasanya,” jelas Feri.
Dokumenter ini dibintangi Zainal Arifin Mochtar, Bivitri Susanti, dan Feri Amsari yang dirilis diawal masa tenang yakni pada Minggu (11/2).
Diharapkan melalui film ini akan menjadi tontonan yang rekleftif di masa tenang pemilu. (*)
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Hasto: Film Dirty Vote Gambarkan Tekanan Dialami Ganjar-Mahfud dan PDIP, Tak Nyangka Jokowi Berubah
Ikuti Saluran WhatsApp Tribun Kaltim dan Google News Tribun Kaltim untuk pembaruan lebih lanjut tentang berita populer lainnya.
Daftar Harga Emas di Balikpapan Hari Ini, Antam Logam Mulia Melemah hingga Rp7.000 per Gram |
![]() |
---|
Tersangka Korupsi Kuota Haji akan Diumumkan di Jumat Keramat? Ini Penjelasan KPK |
![]() |
---|
Ini Isi Video Call Bupati Pati dan Inisiator AMPB yang Buat Aksi Demo 25 Agustus 2025 Mendadak Batal |
![]() |
---|
Apa yang Terjadi setelah Hasil Tes DNA Ridwan Kamil dan Lisa Mariana Diumumkan? Ini 3 Kemungkinannya |
![]() |
---|
Dokumen Mutasi TNI Beredar, 6 Perwira Tinggi Isi Jabatan Baru: Danpuspomad, Wakasad, hingga Pangdam |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.