Tribun Kaltim Hari Ini
Ekonom Unmul 'Kaget' Tiba-tiba Bulog Punya Beras 20 Ton, Rakyat Menjerit Selama Ini Simpan di Mana?
Harga beras di pasaran melonjak hingga Rp 19 ribu/kG membuat masyarakat menjerit. Di tengah lonjakan itu Presiden Jokowi berkunjung ke Samarinda.
Penulis: Martinus Wikan | Editor: Mathias Masan Ola
Menurut saya sih punic buying kok sangat parah. Harus ditelusuri Dinas Perdagangannya, jangan-jangan ada pedagang beras nyamar jadi rakyat ikut antre trus beras murah di jual mahal lewat toko-toko mereka (ulah penimbun harus diwaspadai)," bebernya.
Bulog juga perlu dilakukan cek ulang, apakah beras impor atau beras petani yang dipakai untuk operasi pasar. Kalau memang beras impor, maka yang sejahtera adalah petani negara lain, tetapi jika beras petani lokal maka yang sejahtera pasti petani di negeri sendiri.
"Ini penting, menurut saya untuk publik tahu karena impor beras kita memang sudah ngos-ngosan. Setelah saya pikir dan coba alur logika saya, jangan-jangan operasi kemarin ada kaitannya karena presiden mau berkunjung ke Samarinda meresmikan terminal bus itu," tukas Pur, sapaan akrabnya.
Baca juga: Pj Gubernur dan Sekda Harap Kabupaten/Kota di Kaltim Aktivasi Toko Penyeimbang dan Operasi Pasar
Sebenarnya banyak yang aneh dan janggal persoalan terkait beras ini, kata Pur. Belum lagi jika dikaitkan dengan beras bansos (bantuan sosial) sebelum berlangsungnya Pilpres lalu. Beras tiba-tiba mahal ugal-ugalan setelah pilpres, bahkan diprediksi bisa mencapai lebaran tahun ini.
Jika sampai lebaran, maka efek domino dari kenaikan beras bisa kemana–mana termasuk, inflasinya. Belum lagi jika bicara tentang ulah penimbun dan mafia impor yang menambah seperti lingkaran setan.
"Soal perberasan di negeri ini sudah jadi komoditi ekonomi plus komoditi politik, ibarat kata sekali pukul kena dua sasaran, lagi-lagi rakyat Indonesia selama ini seperti cuma jadi obyek saja atas hal-hal ini," tegas Pur.
"El nino juga menurut Pur, sudah lama jadi kambing hitam, satu gaya pemerintah selama ini ya seperti cari kambing hitam dn dalih pembenaran, tapi impor tambah deras dan harga beras kian ganas," sambungnya.
Tak hanya pemerintah pusat, Pur juga mengkritisi kebijakan pangan Pemprov Kaltim mulai zaman Gubernur Awang Faroek Ishak, Isran Noor. Hingga Pj Gubernur Akmal Malik yang kini menjabat.
Baca juga: 20 Ton Beras Ludes dalam Hitungan Jam saat Operasi Pasar yang Digelar Disdag Samarinda
Agak lucu, kata Pur melihat komentar Pj Gubernur Kaltim tentang beras mahal, dimana masyarakat diminta ganti dan beralih saja makan singkong kalau beras mahal. "Kan harusnya segera wujudkan deh janji nya Pemprov Kaltim tentang food estate, tentang kaltim berdaulat pangan, mana?," ujarnya.
Ekonomi masyarakat dinilai Pur belum sepenuhnya tumbuh dan pulih pasca Covid-19. Daya beli masyarakat sudah turun hingga 30 persen, rakyat sudah makan uang tabungannya sendiri. "Jika mereka punya tabungan ya, kalau tidak punya tabungan dan mengganggur apa jadinya?," tandas Pur. (uws)
Ikuti Saluran WhatsApp Tribun Kaltim dan Google News Tribun Kaltim untuk pembaruan lebih lanjut tentang berita populer lainnya
Sabu 1 Kg Diselipkan dalam Baju, Residivis Narkoba Dibekuk Saat Tiba di Bandara SAMS Balikpapan |
![]() |
---|
Bursa Calon Menko Polkam: Sjafrie Sjamsoeddin, Hadi Tjahjanto, dan Tito Karnavian jadi Sorotan |
![]() |
---|
Donna Faroek Terjerat Suap Tambang, KPK Tahan Putri Eks Gubernur Kaltim Terkait Pemberian IUP |
![]() |
---|
BEM UI Minta Purbaya Dicopot, Baru Sehari Menjabat Menkeu Didemo Mahasiswa |
![]() |
---|
Presiden Prabowo Rombak Kabinet Merah Putih, Sri Mulyani Lengser IHSG Langsung Anjlok |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.