Ibu Kota Negara

Kawasan Industri Buluminung dan KEK Maloy akan Dihidupkan Karena Terkoneksi IKN Nusantara

Pemerintah Provinsi Kaltim akan menghidupkan investasi di KEK Maloy Kutai Timur dan Kawasan Industri Buluminung, di Kabupaten Penajam Paser Utara

TRIBUNKALTIM.CO/HO
Lokasi Kawasan Pelabuhan KEK Maloy, Kecamatan Kaliorang, Kabupaten Kutai Timur, Kaltim. Pemerintah Provinsi Kaltim akan menghidupkan investasi di KEK Maloy Kutai Timur dan Kawasan Industri Buluminung, di Kabupaten Penajam Paser Utara. TRIBUNKALTIM.CO/HO/KEK MBTK 

TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA -  Pemerintah Provinsi Kaltim akan menghidupkan investasi di KEK Maloy Kutai Timur dan Kawasan Industri Buluminung, di Kabupaten Penajam Paser Utara.

Selain itu, juga akan menghidupkan Kawasan Industri Kariangau di Kota Balikpapan.

Hal ini dilakukan Pemprov Kaltim karena kawasan industri tersebut terkoneksi dengan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara.

Sekretaris Daerah Provinsi (Sekdaprov) Kaltim, Sri Wahyuni menegaskan bukan hanya energi terbarukan saja, beberapa sektor untuk meningkatkan ekonomi juga kini mulai perlahan dilakukan percepatan.

"Kita tidak bicara di sektor hulu-hilir saja, kita punya atensi untuk menghidupkan investasi di Maloy, Buluminung, Kariangau dan itu semua terkoneksi dengan IKN Nusantara," ungkapnya, Jumat (23/6/2023).

Baca juga: Pembangunan Fasilitas Air Bersih KEK Maloy Dianggarkan Rp2,7 miliar

Baca juga: Dewan Nasional KEK Atensi KEK Maloy, Gubernur Kaltim Optimis MBTK Jadi Pusat Kawasan Ekonomi Baru

Pengembangan rumah-rumah produksi dan memberi pelatihan untuk para produsen juga akan menjadi program ke depan.

Seperti, adanya potensi bahan baku lokal tetap ada kesulitan peralatan maupun modal untuk jadi bahan baku hilir.

"Kita intervensi di sana. Kita siapkan peralatannya apa saja yang akan dibutuhkan. Ini juga sedang dipetakan nanti rumah produksinya apa saja. Pertanian kah atau perikanan," terang Sri Wahyuni.

"Setidaknya, kita mengajak orang. Pasar ada kalau barangnya ada. Nah bagaimana kita menghasilkan produk hilir itu, produk olahan," sambungnya.

Tidak hanya menyiapkan hulu tetapi siapa yang membuat produk dan bagaimana supaya mempunya nilai tambah.

Produk tersebut diolah dan punya nilai jual dan nilai tambah. Otomatis jika ini dilakukan, pertumbuhan ekonomi juga akan meningkat.

Sehingga, tak berpikir di hal-hal yang sifatnya tidak terbarukan.

"Kalau bicara produk, misalnya hasil-hasil pertanian. Nanas, salak yang ada di Samboja, Pisang. Selama ini kan kita ekspor pisang. Nah diharapkan, rumah produksi pisang bisa dikelola. Diolah jadi keripik pisang misalnya," kata Sri Wahyuni.

Menurutnya, produk apapun yang diolah dari bahan baku lokal akan diminati pasar jika memang memiliki nilai jual lebih.

Baca juga: Hadi Mulyadi Menanti Investasi Malaysia di IKN Nusantara dan KEK Maloy Kaltim

Jika memungkinkan, produk akan semakin punya nilai lebih jika memenuhi standar.

"Kalau memenuhi standar itu ya kenapa tidak? Yang penting pasarnya itu ada. Mau di pasar lokal, nasional yang penting pasokan bahan baku, produksi, dan pasar. Itu lagi kami coba," tandasnya

"Bertransformasi memang perlu waktu, harus dimulai dari yang kecil tapi harus bisa running," imbuh Sri Wahyuni. (*)

 

 

 

Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved