Horizzon

3 Kebohongan Paling Epic

Bodoh berbeda dengan dungu, yang dimaknai sebagai tingkat kecerdasan yang rendah.

|
Penulis: Ibnu Taufik Jr | Editor: Syaiful Syafar
DOK TRIBUN KALTIM
Ibnu Taufik Juwariyanto, Pemimpin Redaksi Tribun Kaltim. 

Antisipasi dan protokol kesehatan yang diterapkan secara terstruktur melumpuhkan tegaknya logika kita untuk berpikir.

Baca juga: Covid-19 Kembali untuk Ikut Pilpreskah?

Ditutupnya pendapat yang tak sejalan dengan narasi ini dengan alasan protokol kesehatan sukses membuat Covid-19 menjadi virus paling komersial sepanjang sejarah peradaban manusia.

Ujungnya, virus ini juga menjadi virus paling berkhianat yang pernah ada di peradaban kita, dan lagi-lagi membuat kita seperti telah dibodohi. Coba ingat-ingat betul ujung daripada kisah virus asal Wuhan ini!

Datang selalu kita prioritaskan, maka saat pergi, Covid juga tidak pernah memberikan kesan apa pun. Ia pergi dan menghilang begitu saja tanpa pernah memberi alasan apa pun.

Wadow, dan kita benar-benar dibuat bodoh bin dungu oleh virus yang sukses membuat banyak orang jatuh miskin sekaligus membuat banyak orang kaya mendadak setelah bisnis vaksin, alat tes, dan bisnis alat kesehatan lainnya ini.

Baca juga: Netralitas yang Sudah Berubah Makna

Ketiga, kita belum bisa menyebutnya sebagai sebuah kebohongan yang sukses membuat kita merasa bodoh.

Kebohongan ini tengah diuji oleh peradaban yang sudah dua kali dibuat merasa bodoh oleh Mobil Esemka dan Covid-19.

Dan kebohongan yang sedang 'berjuang' itu bernama Sirekap, yaitu Sistem Informasi Rekapitulasi Elektronik yang digunakan oleh KPU untuk penghitungan suara Pemilu 2024.

Dilihat dari tanda-tandanya, Sirekap ini juga menunjukkan sejumlah keanehan.

Sebut saja, lokasinya yang konon terdeteksi di China, kemudian malfungsi yang massif dan kejanggalan lain yang sudah sering menjadi perdebatan usai pencoblosan.

Baca juga: Sakit Menahun Demokrasi Indonesia

Kita berharap Sirekap bukan menjadi bagian dari dua kebodohan paling sukses yang pernah kita alami.

Jika memang malfungsi, sebaiknya Sirekap mengakhiri kebohongannya dan membiarkan hitung manual menjadi pijakan KPU.

Kita tunggu nasib Sirekap ini pada hasil akhir penghitungan suara di Pemilu 2024 yang akan segera tuntas pertengahan Maret 2024 ini. (*)

Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

Mengapa Rakyat Mudah Marah?

 

Lonjakan PBB dan Judul Clickbait

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved