Horizzon

Membaca Upaya Cerdas Memperpanjang Narasi IKN 

Ribuan pertanyaan muncul di kepala ketika Sabtu (11/1/2025) kemarin, saya kembali datang ke Ibu Kota Nusantara (IKN) dengan cara berbeda. 

Penulis: Ibnu Taufik Jr | Editor: Syaiful Syafar
DOK TRIBUNKALTIM.CO
Ibnu Taufik Juwariyanto, Pemimpin Redaksi Tribun Kaltim. 

Namun, ujung dari pertanyaan tersebut adalah tentang kebijakan OIKN sekaligus pemerintah pusat yang memutuskan untuk membuka akses alias mengizinkan publik bisa masuk ke KIPP, sementara di situ juga tengah ada proyek infrastruktur. 

Baca juga: Ketika Batu Bara Dengar Cerita tentang Derita Timah

Selain cukup membahayakan, terasa aneh saja tampilan proyek yang akan menjadi sebuah Istana Negara dipamerkan kepada publik luas.

Ini tentu menjadi diskusi menarik jika bicara soal keamanan.

Gayung bersambut dengan pertanyaan tersebut adalah panduan dari pemandu dari OIKN yang mendampingi pengunjung. 

Saat EV berjalan, kita semua diberikan sejumlah perspektif tentang apa yang sedang terjadi dan masa depan IKN.

Dalam penyampainnya, saya ingat betul bahwa yang disampaikan adalah penegasan bahwa trip ke IKN tersebut bukan sebagai kunjungan wisata. 

"Bapak, ibu semua, jadi kita ini bukan sedang berwisata ke IKN ya, kita sedang melihat proyek pembangunan istana," demikian kira-kira kalimat pembuka yang disampaikan petugas dari OIKN melalui megaphone. 

Baca juga: Tantangan Bandara SAMS Sepinggan Balikpapan Jadi Gerbang IKN

Narasi bukan sebagai bentuk mengunjungi sebuah destinasi wisata ini justru semakin mengaduk-aduk rasa penasaran saya, yang menguatkan rasa ingin tahu, kenapa OIKN membuka KIPP bisa diakses publik? 

Tidak perlu berdebat, meski OIKN memberi label penting bahwa kunjungan ke IKN bukanlah wisata, namun pada kenyataannya aktivitas kunjungan ke IKN berikut sejumlah fasilitas yang ada di rest area yang dipenuhi dengan pernak-pernik cendera mata IKN, agak sulit untuk menentang pemahaman bahwa kunjungan ke IKN bukanlah sebuah aktivitas wisata. 

Kita tahu, meski sesekali harus pura-pura tak paham bahwa proyek IKN ini adalah proyek yang menelan biaya tak sedikit.

Proyek gagasan Presiden Joko Widodo (Jokowi) ini diproyeksikan akan menelan biaya total sebesar Rp 466 triliun. 

Rencana awal, Rp 466 triliun tersebut tidak semuanya akan dibebankan ke APBN, melainkan berharap dari investor, yang sampai sekarang masih harus diupayakan berikut didoakan. 

Dari rencana tersebut, sejak 2022 hingga 2024, proyek gagasan Jokowi ini telah menelan anggaran Rp 75,8 triliun dengan rincian Rp 5,5 triliun di 2022, Rp 27 triliun pada 2023, dan Rp 43 triliun pada 2024.

Digagas Jokowi dengan menghabiskan Rp 75,8 triliun, tentu menjadi dilema bagi pemerintahan selanjutnya usai Jokowi lengser.

Baca juga: Terima Kasih Pak Jokowi

Dilanjutkan masih butuh banyak duit, sementara jika dihentikan tentu akan menjadikan uang Rp 75 triliun lebih yang sudah dikeluarkan menjadi sia-sia. 

Sumber: Tribun Kaltim
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

Mengapa Rakyat Mudah Marah?

 

Lonjakan PBB dan Judul Clickbait

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved